Breaking News

Site Links

Tuesday 24 January 2017

SKRIPSI FKIP TINDAKAN TEGAS GURU PEMBIMBING DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 7 KOTA JAMBI

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk suatu system yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai apa yang diharapkan.
Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Proses pendidikan pada umumnya berlangsung di sekolah melalui kegiatan pembelajaran.
Penyelenggaraan pendidikan di SMP bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta sebagai bekal untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan tersebut mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas perlu diadakan kegiatan belajar yang merupakan kegiatan dalam pelaksanaan pendidikan. Proses pendidikan bukanlah suatu proses perkembangan yang menekankan kepada aspek intelektual

Read more ...

SKRIPSI FKIP TINDAKAN TEGAS GURU PEMBIMBING DALAM MEMBINA KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 7 KOTA JAMBI


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggung jawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk suatu system yang harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai apa yang diharapkan.
Sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Proses pendidikan pada umumnya berlangsung di sekolah melalui kegiatan pembelajaran.
Penyelenggaraan pendidikan di SMP bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa agar dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi serta sebagai bekal untuk mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan tersebut mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut diatas perlu diadakan kegiatan belajar yang merupakan kegiatan dalam pelaksanaan pendidikan. Proses pendidikan bukanlah suatu proses perkembangan yang menekankan kepada aspek intelektual saja, melainkan suatu proses pengembangan yang mencakup aspek kepribadian, secara wajar dan optimal karena belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Jadi dalam kegiatan pelaksanaan jenjang pendidikan seperti sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dalam prakteknya lebihbanyak dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran, diharapkan tidak hanya terfokus pada penguasan belajar saja atau secara intelektual saja melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain.
Salah satu aspek yang tidak boleh diabaikan dalam proses pendidikan adalah aspek disiplin. Disiplin merupakan salah satu factor penetu kerberhasilan seseorang.disiplin juga menjadi sarana pendidikan. Dalam menididik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan.
Berkaitan dengan kegiatan belajar pemahaman disiplin belajar sangat penting dilaksanakan bukan saja oleh siswa tetapi oleh seluruh personil sekolah karena disiplin belajar mengandung arti ketaatan serta aspek kehidupan yang mesti wujud dalam masyarakat. Abdulha, 2000 (Bernhard, 1993:3) menyebutkan bahwa tujuan disiplin adalah : Mengupayakan pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik. Dalam hal ini keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan lembaga yang bertugas dan bertanggung jawab dalam menanamkan dasar-dasar disiplin diri sedini mungkin kepada anak. Disiplin diri dibangun dari asimilasi dan pengembangan nilai-nilai moral untuk diinternalisasikan oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk mengarahkan tingkah lakunya. Dasar-dasar disiplin diri yang diperoleh dalam keluarga selanjutnya akan diterapkan oleh anak dalam kehidupannya
Upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam menerapkan disiplin seseorang terhadap peraturan, hendaknya peraturan disosialisasikan secara tertulis, karena dalam menaati peraturan diperlukan sebuah disiplin, dan apabila peraturan itu diataati dengan kedisiplinan, maka hal-hal yang bertentangan tidak terjadi. Persoalan yang terungkap bila seorang siswa tidak menanamkan disiplin belajar adalah tidak adanya keteraturan untuk menjalankan setiap aktifitas dalam belajar jadwal belajar kacau, terbuang waktu untuk belajar hanya untuk bermain-main. Menurut Rudolf peraturan adalah serangkaian yang telah ditentukan sebelumnya dengan hasil yang telah ditetapkan. Menetapkan menguatkan peraturan adalah teknik pemecahan masalah yang efektif karena telah terbukti diterima baik jika dunia mereka dapat diramalkan dan mereka akan mampu mengantisipasi dari perilaku mereka.
Dalam menerapkan disiplin anak, orangtua sangat berperan menanamkan dan mengajarkan sikap kedisiplinan pada kegiatan belajar mereka di rumah. Menanamkan dan mengajarkan sikap disiplin sedini mungkin mempengaruhi psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar anak. Dengan adanya upaya dari orang tua, terhadap kedisiplinan anak akan lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orangtuanya pun demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan pengaruh kepadanya dalam perkembangan pendidikan selanjutnya.
Selain peran orantua dalam menerapkan disiplin belajar anak dirumah, peran sekolah juga sangat menetukan dalam menerapkan disiplin belajar anak di sekolah, melalui guru bimbingan dan konseling anak diperkenalkan mengenai aturan-aturan, larangan dan kewajiban siswa di sekolah. Baik peraturan mengenai tata tertib sekolah maupun disiplin dalam belajar di sekolah. Dengan adanya upaya guru pembimbing dalam memperkenalkan disiplin sekolah dan disiplin belajar anak akan memahami mengenai pentingnya disiplin dalam belajar sehingga anak akan lebi giat dan semangat belajar untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik karena ia tahu bahwa semuanya untuk kemajuan dirinya sendiri dengan perkembangan pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan yang tampak oleh peneliti pada saat melakukan praktek lapangan bimbingan dan konseling, masih ditemui siwa yang kurang memiliki disiplin baik disiplin sekolah maupun disiplin saat belajar, seperti datang terlambat, pakaian seragam tidak lengkap, sering meninggalkan jam belajar, tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan siswa masuk jam pelajaran tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Survey lebih lanjut yang dilakukan oleh peneliti, pada tanggal 18 Juli 2016 diperoleh keterangan dari guru-guru SMP Negeri 07 Kota Jambi bahwa guru-guru yang mengajar lebih menitikberatkan pada aspek pengajaran pengetahuan, sedangkan perkembangan anak pada aspek lain khususnya mengenai kedisiplinan belum sungguh-sungguh diperhatikan. Menurut keterangan guru pembimbing di sekolah mengenai masalah disiplin di sekolah dan disiplin belajar, dimana mereka telah melakukan sosialisasi mengenai disiplin sekolah dan disipli belajar melalui layanan bimbingan konseling seperti layanan orientasi tentang disiplin sekolah dan disiplin belajar diberikan kepada siswa. Upaya yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling sudah cukup maksimal akan tetapi masih juga ditemui siswa yang kurang memiliki kedisiplinan.
Tindakan-tindakan yang tidak mencerminkan sikap disiplin yang terjadi SMP Negeri 07 Kota Jambi diatas harus segera diatasi dan disiplin perlu ditegaskan agar tidak terjadi pelanggaran, bila pelanggaran terjadi akan berakibat terganggunya usaha pencapaian tujuan pengajaran, karena maju mundurnya prestasi belajar sangat bergantung kepada situasi dan kondisi beljar mengajar yang dialami siswa secara langsung, disinilah perlunya disiplin belajar yang merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan pendidikan.
Bertitik tolak dari uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tindakan Tegas Guru Pembimbing dalam Membina Kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi.
B.     Batasan masalah
Dalam penelitian ini tindakan tegas guru pembimbing dalam mengembangkan kedisiplinan siswa adalah mencakup tiga hal yaitu :
1.      Tindakan tegas guru pembimbing dalam memberikan informasi dan contoh teladan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 07 Kota Jambi
2.      Tindakan tegas guru pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 07 Kota Jambi.
3.      Tindakan tegas guru pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Jambi.
Lokasi tempat penelitian dilaksanakan adalah pada SMP Negeri 7 Kota Jambi. Tindakan tegas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh guru pembimbing terhadap siswa kelas VIII yang melakukan indisiplin sekolah dengan subjek penelitian adalah :
1. Tindakan tegas guru pembimbing yang dimaksud dalam penelitian adalah penilaian siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Jambi terhadap tindakan tegas guru pembimbing
2. Tindakan tegas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan tegas yang mendidik.
C.     Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagaimanakah kualitas tindakan tegas guru pembimbing dalam memberikan informasi dan contoh teladan
2.   Bagaimanakah kualitas tindakan tegas guru pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
3.   Bagaimanakah Kualitas Tindakan tegas guru pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
D.    Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini antara lain adalah :
1.  Mengungkapkan kualitas tindakan tegas guru pembimbing dalam
memberikan informasi dan contoh teladan
2.   Mengungkapkan kualitas tindakan tegas guru pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
3.   Mengungkapkan kualitas Tindakan tegas guru pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
E.  Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna sebgai berikut :
1.      Siswa Sebagai gambaran kondisi nyata menigkatkan disiplin diri dalam kegiatan belajar baik disekolah maupun di rumah.

2.      Guru pembimbing  
Sebagai tolak ukur bagi guru pembimbing dalam memberikan layanan bimbingan konseling mengenai kedisiplinan dan sebagai tolak ukur dalam keberhasilan proses pembelajaran khususnya disiplin belajar di sekolah.
3.      Bagi sekolah
Sebagai gambaran nyata tentang bentuk kedisiplinan siswa di sekolah dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan atau keputusan terhadap program pendidikan di sekolah.
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar untuk pertanyaan penelitian bisa dirumuskan sebagai berikur :
1. Tindakan tegas guru pembimbing tidak berupa hukuman yang berkelanjutan, tetapi tindakan yang lebih menitikberatkan pada kelembutan dan kenyamanan siswa. 2. Tegas yang dimaksud adalah kemampuan untuk dapat menghadapi orang lain tanpa menimbulkan penghinaan. Didalam lapangan hubungan antar manusia.
3. Ketegasan adalah kemampuan untuk menyampaikan dan melaksanakan hal yang tepat pada waktu yang tepat. Ketegasan meliputi pengertian dari sifat manusia dan menghargai perasaan dari orang lain.
G. Hipotesis Dan Pertanyaan Peneitian
Hipotesis pada penelitian ini yaitu Terdapat peningkatan tindakan guru pembimbing tentang ketegasan disiplin melalui pemberian informasi dan contoh teladan, pengelolaan kegiatan yang mendisiplinkan dan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. pada kualitas mana tindakan tegas guru pembimbing dalam memberikan informasi dan contoh teladan
2. pada kualitas mana tindakan tegas guru pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
3. pada kualitas mana tindakan tegas guru pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
H. Definisi Operasional
Tindakan tegas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas guru pembimbing bertindak, mengelola dan memberi kenyamanan pada siswa menurut penilaian siswa pada kelas VIII di SMP Negeri 7 Kota Jambi.
I. Kerangka Konseptual
Dengan mempedomani definisi operasional tentang tindakan tegas yang mencakup bertindak, mengelola, dan memberi, maka kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :








 




Oval: Tindakan Tegas
1. Bertindak
2. Mengelola
3. Memberi


 
 



Text Box: DISIPLIN
 





                                                     
Gambar.1.1.Kerangka Konseptual









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Disiplin 
1.       Pengertian Disiplin
Kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga tidak. Kegiatan yang kita laksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu, maka akan menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut displin dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Prijodarminto dalam Tu’u (2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan keterikatan. Memperkuat pendapat ini Rachman dalam Tu’u (2004:12) menyatakan disiplin sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yag muncul dari dalam hatinya.
Amir (2003:3-4) membedakan kata disiplin dengan mendisiplin :
Disiplin biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti displin dalam kelas atau disiplin dalam tixm bola basket yang baik. Sedangkan kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan, menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebiasaan.

2.       Fungsi Disiplin
Fungsi disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal. Fungsi disiplin menurut Tu’u (2004:38-44) adalah sebagai berikut :
a.       Menata kehidupan bersama
Manusia merupakan makhluk social. Manusia tidak akan bias hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antar sesame orang yang disebabkan karena bentura kepentingan, karena manusia selain sebagai makhluk social ia juga sebagai makhluk individu yang tidak lepas dari sifat egonya, sehingga kadang-kadang di masyarakat terjadi benturan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Disinilah pentingnya disiplin untuk mengaut tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam masyarakat sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.
b.      Membangun kepribadian
Kepribadian adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang. Antara orang yang satu dengan yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda. Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram sangat berperan dalam membangun kepribadian yang baik


c.       Melatih kepribadian yang baik
Kepribadian yang baik selalu dibangun sejak dini. Juga perlu dilatih karena kepribadian yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribaian yang baik perlu dilatih dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu lama.
d.      Pemaksaan
Disiplin akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentua, peraturan, dan norma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab. Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk ke satu sekolah yangberdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e.       Hukuman
Dalam suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal yang psitif an harus dilakukan oleh siswa. Sisis lainya berisi sanksi atau hukuman bagi yang melanggar tat tertib tersebut. Hukuman berperan sangat penting karena dapat memberi motivasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman sangat diragukan siswa akan mematuhi peraturan yang sudah ditentukan.

f.        Menciptakan lingkungan yang kondusif
Disiplin di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan lancar. Hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharpkan sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram dan teratur.
3.       Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Membentuk Displin
Perilaku disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Melainkan perlu kesadaran diri, latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingya belajar dalam kehidupannya. Penanaman displin pula dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur dan mandi harus dilakukan secra tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu secara kontinyu. Menurut Tu’u (2004:48-49) ada empat factor dominan yang mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu :
a.       Kesadaran diri
Sebagai pemahaman diri bahwa displin penting bagi kehidupan dan keberhasilan dirinya. Selain itu kesadaran diri menjadi motif yang sangat kuat bagi terwujudnya disiplin. Displin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan akan lebih tahan lama dibandingkan dengan displin yang terbentuk karena unsur paksaan atau hukuman.
b.      Pengikutan dan ketaatan
Sebagai langkah penerpan dan praktik atas peraturan – peraturan yang mengatur prilaku individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dai adanya kesadaran diri yang dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat
c.       Alat pendidikan
Untuk mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk prilaku yang sesuai dengan nilai – nilai yang ditentukan dan diajarkan.
d.      Hukuman
Sesorang yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena adanya kesadaran diri, kemudian yang edua karena adanya hukuman. Hkuman akan menyadarkann mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih lanjut tu’u (2004:49-50)  menambahkan masih ada factor – factor lain   yang berpengaruh dalam pembentukan disiplin yaitu :
a.       Teladan
Teladan adalah contoh yang baik yang seharusnya dtiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat sebagai teladan ( orang yang dianggap baik dan patut ditiru ) daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan disiplindari atasan, kepala sekolah dan guru –guru serta penata usaha sangat berpengaruh terhadap disiplin para siswa.


b.      Lingkungan disiplin
Lingkungan berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada dilingkungan yang berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c.       Latihan berdisiplin
Disiplin dapat tercapaidan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakukan disiplin secara berulang ulang dan membiasakannya dalam praktik disiplin sehari – hari.             
B. Tindakan Tegas dalam Pelayanan
1.      Pengertian Tindakan
Tindakan adalah mekanisme dari suatu pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu tindakan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo Soekidjo 2007) :
a.       Persepsi (perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan.
b.      Respon terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
c.       Mekanisme yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
d.      Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan baik.
Perlu diketahui tindakan merupakan suatu perubahan yang arah tujuannya mengarah ke sikap yang positif untuk menjadi lebih baik dalam kehidupan sekarang dan kedepannya. Ketegasan tidak identik dengan kekerasan. Ketegasan berarti sikap dan tindakan yang menerapkan kedisiplinan, dengan menegakkan aturan yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak itu sendiri. Tentu saja ketegasan itu harus proporsional, harus disesuaikan dengan tingkat usia dan perkembangan pemahamannya.
Umumnya, anak-anak lebih banyak melakukan peniruan terhadap sikap dan perilaku orang-orang terdekatnya dan lingkungannya, serta lebih melihat kenyataan yang dilihatnya daripada memahami penjelasan yang mempengaruhi logikanya. Karena itu, setiap tindakan, ucapan dan sikap kita harus benar-benar menjadi teladannya.
Tindakan tegas guru pembimbing dalam pelayanannya di sekolah untuk membentuk pribadi anak didik yang mempunyai disiplin yang tinggi dan baik, tentu sangat diperlukan dalam praktik pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, namun peran orang tua juga dibutuhkan untuk membantu optimalnya pelaksanaan BK (bimbingan dan konseling) di sekolah.
Dalam sosiologi, tindakan diartikan sebagai tindakan social yang merupakan sebuah tindakan terhadap individu/kelompok sehingga dapat mempengaruhi individu tersebut dan individu lainnya untuk mencapai tujuan subjektif. Segala tindakan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain dapat dikatakan tindakan sosial. Misalnya membagi makanan dengan teman. Teori tentang tindakan sosial pertama kali dikemukakan oleh Max Weber. Berikut adalah beberapa pengertian tindakan sosial menurut para ahli (http://id.wikipedia.org/wiki/) ::
a.       Menurut Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan manusia yang dapat memengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat.
  1. Menurut Karl Marx, tindakan sosial adalah aktivitas manusia yang berusaha menghasilkan barang atau mencoba sesuatu yang unik untuk mengejar tujuan tertentu.
Dalam hal ini tindakan social tidak hanya suatu perilaku social yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, tetapi juga berkaitan dengan tindakan tegas kita sebagai guru pembimbing di sekolah, disini penulis ingin menekankan bahwa tindakan tegas bukanlah suatu hal yang ditakuti banyak siswa di sekolah, melainkan suatu perilaku social yang akan membantu merubah titik negative seorang anak didik yang membutuhkan bantuan atau mengalami masalah menuju titik positif yang dapat berkembang secara optimal menjadi apa yang diharapkan.
2. Tindakan Tegas yang Mendidik
Pelanggaran dan kesalahan yang dilakukan peserta didik tidak selayaknya diabaikan atau dibiarkan, melainkan diperhatikan dan ditangani atau diberikan tindakan tegas secara proporsional. Menurut Thomas Amstrong (2003:160) yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan tindakan terhadap kondisi yang berbeda dari setiap siswa. Untuk menyesuaikan diri itu ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk menangani perilaku siswa yaitu: (a) bicara kepada siswa, (b) memberikan contoh atau teladan bagi siswa, (c) sediakan konseling pribadi, (d) buat konseling bersama teman-teman sebaya, dan (e) kembangkan kontak pribadi guru dengan siswa (Thomas Amstrong (2003:161).
Pendidikan harus dipahami sebagai bagian dari proses pembudayaan subjek didik sehingga bukan hanya pengalihan dan penguasaan ilmu pengetahuan serta pelatihan serta penguasaan keterampilan - keterampilan teknis tertentu, namun juga perlu dipahami sebagai penumbuhan dan pengembangan subjek didik menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab.
Dalam hal ini, guru BK memiliki peranan khusus di sekolah terhadap siswa asuhnya adalah sebagai sahabat, sumber informasi, sumber inspirasi, sumber pembentukan pribadi dan sumber pengentasan masalah. Keberhasilan siswa ditentukan dari kedisiplinan dalam belajar, untuk mencapai semua itu sekolah
mengeluarkan peraturan atau tata tertib yang akan dipatuhi siswa di sekolah.
Prayitno (2000:117) menyatakan bahwa dalam menciptakan disiplin di sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting, karena guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi, maka
guru harus mampu menjadi contoh atau menjadi panutan bagi siswa-siswinya.
Peraturan sekolah hendaknya bermanfaat bagi siswa dan membantu siswa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk dilakukan, serta menumbuhkan kesadaraan untuk menaati peraturan sekolah. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa diduga karena pandangan siswa yang salah selama ini menganggap melaksanakan peraturan sekolah tidak ada manfaatnya dan peraturan hanyalah peraturan yang dibuat untuk dilanggar sehingga siswa tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru BK adalah tindakan tegas mendidik.
Menurut Prayitno (2008:53), tindakan tegas yang mendidik adalah upaya pendidik untuk mengubah tingkah laku peserta didik yang kurang dikehendaki melalui penyadaran peserta didik atas kekeliruan dengan tetap menjunjung tinggi harkat martabat manusia dan hubungan baik antara pendidik dengan peserta didik melalui pernyataan ini lima hal yang menjadi pegangan dalam melaksanakan tindakan tegas mendidik yaitu :
1. Peserta didik menyadari akan kesalahan
2. Penghormatan terhadap hak, nilai-nilai dan prospek positif peserta didik tetap   terjaga
3. Kasih sayang dan kelembutan tetap terpelihara
4. Hubungan harmonis tetap dipertahankan, bahkan lebih dikembangkan
5. Komitmen positif peserta didik ditumbuhkan
Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa hendaknya guru BK membantu siswa dalam menyadari akan kesalahannya, tetap menjaga hubungan yang baik dengan kasih sayang, kelembutan dan membantu siswa untuk berkomitmen dengan baik, bukan dengan hukuman, celaan, sindiran dan lain-lain mengakibatkan hubungan yang kurang harmonis antara guru pembimbingan dan siswa.
Selain itu tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan pelanggaran atau kesalahan, perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang bermuatan pendidikan agar dapat mendorong si pelanggar untuk menyadari kesalahannya dan memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau kesalahan itu tidak terulang lagi.
Penggunaan tindakan tegas yang mendidik terhadap siswa, akan tetap menyuburkan kasih sayang, dapat menyadarkan siswa akan kesalahannya, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan siswa, dan mampu membentuk budi pekerti yang baik pada siswa, serta tetap menghargai dan menghormati guru, sehingga kewibawaan guru tetap terpelihara.
C.     Konsep dan Peran Guru Pembimbing
1.      Pengertian Guru Pembimbing
            Dalam undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang terdapat dalam bab 1 pasal 1 bahwa :
guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, meberikan, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah

Guru menurut Syafrul Bahri Djamarah (2005) adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar sekolah.
Guru sebagai pendidik tugasnya adalah mengajar, melatih, dan memberikan bimbingan penguasaan nilai, disiplin diri, perencanaan masa depan, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya karena sedemikian besarnya tuntutan kehidupan dan maslah yang dihadapi.
Guru pembimbing atau konselor dituntut untuk menguasai prangkat kompetensi, siakp dan system nilai, ciri-ciri kepribadian tertentu yang harus diinternalisasi sebagai keutuhan dan secra konsisten menyatakan dalam cara berpikir dan bertindak yang akan menjadi instrument untuk mempengaruhi perkembangan peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut akfit dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Dan dari keterang diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling adalah orang yang bekerja dibidang pendidikan dan pengajar juga merupakan seorang pendidik yang professional yang ikut bertanggung jawab memberi bantuan/pertolongan yang diberikan kepada individu (siswa) atau sekumpulan individu yang mempunyai maslah=maslah untuk diselesaikan dengan baik dalam menghindari atau mengatasi kesulitan dalam kehidupannya agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.
2.      Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pembimbing
Dalam melaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan konseling yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, guru bimbingan konseling (konselor) menjadi pelayan bagi pencapaian tujuan pendidikan secra menyeluruh khusunya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembngan masing-asing peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah.
Dewa ketut sukardi (2001), menyatakan secara khusus konselor sekolah mempunyai tugas-tugas berikut :
1.      Bertanggung jawab tentang keseluruhan pelaksanaan layannan konseling di sekolah.
2.      Mengumplkan, menyususn, mengolah, serta menafsrikan data yang kemudian dapat dipergunakan oleh semua staf bimbingan di sekolah.
3.      Memilih dan mempergunakan berbgaai instrument test psikologis untuk memperoleh berbagai informasi mengenai bakat khusus, minat, kepribadian, dan intelegensinya untuk masing-masing siswa.
4.      Melaksnaakan bimbingan kelompok maupun bimbingan individual (wawancara konseling)
5.      Membantu petugas bimbingan untuk mengumpulkan, menyususn, dan mempergunakan informasi tentang berbagai permasalahn peserta didik, yang dibutuhkan oleg guru bidang studi dalam proses belajar mengjar.
6.      Melayani orang tua/wali murid ingin mengadakan konsultasi tentang anak-anaknya.
Adapun menurut H.M Umar dan Sartono (2001:42), tanggung jawab seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah ialah membantu kepala sekolh beserta stafnya dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah (schoolwelfare). Sehubungan dengan fungsi ini, seorang pembimbing mempunyai tanggung jawab tertentu, yaitu  sebagai berikut :
1.      Tanggung jawab konselor kepada siswa
a.       Memperhatikan kebutuhan siswa dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi siswa
b.      Menjaga keberhasilan data tentang siswa
c.       Menyelenggarakan pengungkapan data dan memberi tahu siswa tentang hasil kegiatan.
d.      Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling
e.       Melakukan referral kasus dan meberi tahu siswa tentang tujuan, aturan atau prosedur dan teknik layanan bimbingan dan konseling.
2.      Tanggung jawab kepada orang tua
a.       Menghormati hak dan tanggung jawab orangtua terhadap anaknya dan membangun hubungan dengan orangtua demi perkembangan iswa.
b.      Memberi tahu orang tua tentang peran konselor denagn asas kerahasiaaanyang djaga secara utuh
c.       Menyediakan dan menyampaikan untuk orangtua berbagai informasi yang berguna untuk kepentingan perkembangan iswa
d.      Menyampaikan informasi (tntang siswa dan orang tua) hanya pada pihak yang memerlukan tanpa merugikan siswa dan orangtuanya.
e.       Menyampaikan informasi kepada pihak-pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan orangtuanya.
3.      Tanggung jawab kepada sejawat
a.       Memperlakukan sejawat dengan penuh kehormatan , keadilan dan kesetiakawanan
b.      Mengembangkan kerja sama dengan maksimum
c.       Membantu proses alih tangan kasus
4.      Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat
a.       Mengembangkan dan meningkatkan peran dan fungsi bimbingan dan konseling
b.      Bekerja sama dengan lembaga organisasidan perorangan baik di sekolah maupun di masyrakat demi kebutuhan siswa.
5.      Tanggung jawab kepada profesi
a.       Berpartisipsi secara aktif dalam kegiatan organisasi professional bimbimnagn dan konseling baik di tempat ia bekerja maupun di lingkungan nasional
b.      Menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan konseling.
D.    Tindakan Guru Pembimbing dalam Proses Pendidikan
Tindakan guru pembimbing dalam menangani kedisipinan siswa pada kegiatan belajar sehari-hari di sekolah tidaklah mudah. Hal ini dtandai dengam berbagai indicator yang muncul seperti sebagai berikut :
1.    Permasalahan Disiplin Siswa
Saat ini kita sering menjumpai siswa yang selalu terlambat datang kesekolah, siswa yang malas dalam membuat tugas dan PR nya, siswa yang selalu menyontek tugas temannya, siswa yang membuang-buang waktu dengan game dan internetan, siswa yang berpakaian tidak sesuai aturan, siswa yang selalu menunda-nunda waktu ibadahnya, siswa yang bertawuran antar sekolah. Permasalahan-permasalahan tersebut tidak hanya sering dijumpai tetapi seperti sudah mendarah daging pada setiap individu. Kebiasaan-kebiasaan tersebut juga merambah kepada karakter siswa yang buruk. Karakter siswa yang buruk tersebut dapat memperlihatkan betapa buruknya suatu masyarakat. Menurut Akh. Muwafik (2011:1) Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Kurangnya kebiasaan disiplin pada siswa tentunya akan berdampak pada masa depannya nanti. Bagaimana keadaan bangsa jika siswa tidak memulai untuk membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya sehari-hari.
2.    Faktor-faktor Penyebab Permasalahan Disiplin pada Siswa
Setiap permasalahan yang terjadi pada siswa tidak hanya terjadi begitu saja dan tanpa disadari oleh siswa. Setiap aktivitas yang dilakukan siswa sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Menurut Acink (2011) ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan disiplin pada siswa, yaitu:
a.    Dari Segi Siswa
Perilaku manusia pada umumnya disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri siswa yang perlu dipenuhi yang akan menimbulkan rasa puas dalam diri orang begitu juga halnya siswa.
Menurut Maslow (dalam Acink, 2011) ada lima tingkatan kebutuhan manusia, yaitu:
1)  Kebutuhan fisiologis yang bersifat jasmaniah  seperti kebutuhan  makan minum, istirahat, pakaian ,perumahan dsb.
2)  Kebutuhan  akan rasa aman, yaitu kebutuhan rasa aman dari sakit  atau bahaya.
3) Kebutuhan akan kasih sayang atau cinta, yaitu kebutuhan  anda dibutuhkan atau   disayangi.
4) Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk  merasa sanggup atau mampu  dan diakui orang  atau merasa diri berguna.
5)  Kebutuhan mengembangkan diri, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan semua potensi yang ada dalm diri sendiri.
Kebutuhan tersebut  biasanya tidak sekaligus  muncul semuanya  tetapi tergantung pada  kebutuhan yang dominan  yang dirasakan. Apabila kebutuhan tersebut telah dipenuhi  maka perilaku untuk memenuhinya akan melemah  dan begitulah untuk masing-masing kebutuhan.  Sebaliknya apabila kebutuhan   pokok anak tidak terpenuhi akan  terjadi  masalah-masalah  tingkah laku yang  akan mengganggu kedisiplinan siswa.
Menurut Schaefer (dalam Acink, 2011) menyatakan bahwa tingkah laku anak  yang salah disebabkan  oleh motif,  mencari perhatian, pemuasan secepatnya dorongan-dorongan dan kehendak, keinginan mengepalai, atau menguasai orang lain, pembalasan terhadap kesalahan  yang lalu,  patah semangat  atau rendahnya harga diri dan masih banyak lagi  bentuk tingkah laku lain . Misalnya adanya anak yang suka mengadu pada guru,  suka mengganggu teman-temannya sedang bekerja , suka bercerita pada teman  sedang guru menerangkan pelajaran,  suka membadut  yang akan menarik perhatian teman-temannya dsb.
b.    Dari Segi Guru
            Secara garis besarnya  masalah disiplin yang bersumber dari guru  dapat dilihat dari segi sifat dan sikap guru, komunikasi guru,  pengawasan dan kemampuan profesional guru. Berikut ini akan kita lihat satu persatu dari faktor tersebut.
1)   Faktor Sifat dan Sikap Guru
Guru merupakan orang yang  terdekat  bagi siswa di sekolah, dan karena itu sifat dan sikap guru berdampak langsung pada  prilaku siswa. Pernahkah Anda  melihat seorang guru yang  bersikap  otoriter  pada siswa atau yang suka memaksakan kehendaknya , tanpa meperhatikan keadaan siswanya?  Apa  respon siswa terhadap sikap guru tersebut? Menurut Maman (dalam Acink, 2011) sikap guru tersebut dapat menjadikan siswa  pura-pura patuh, apatis, dan agresif.   Apabila keadaan ini terjadi  dapat kita bayangkan   siswa  tidak patuh lagi pada guru, tidak mau tahu saja  dan siswa yang mempunyai sifat berani  tentu akan memprotes atau melawan pada guru.  Jadi sikap guru yang otoriter   tersebut  akan mengganggu  disiplin siswa. Selanjutnya  menurut Maman (dalam Acink, 2011)  sikap guru yang terlalu mementingkan mata pelajaran daripada siswa  sendiri juga dapat  merupakan penyebab gangguan  disiplin siswa.
2)   Faktor Komunikasi Guru
Dalam proses belajar mengajar  faktor komunikasi  mempunyai peranan penting  dalam menentukan efektivitas  pembelajaran. Oleh karena itu guru hendaklah mempunyai kemampuan  berkomunikasi yang baik agar dapat mengajar secara efektif.  Apabila kemampuan berkomunikasi guru kurang baik, akan dapat menimbulkan gangguan  disiplin  siswa. Diantara faktor komunikasi ini yang mempengaruhi  disiplin kelas adalah  kejelasan  pengucapan kata-kata,  kecepatan  berbicara, nada suara dan  ketepatan penggunaan bahasa  dengan  latar belakang siswa. 
3)   Faktor kemampuan professional
Ketertiban dalam kelas  juga ada kaitannya dengan  kemampuan profesional guru itU sendiri.  Misalnya guru yang tidak mampu menvariasikan metoda mengajarnya akan dapat  menjadikan siswa  bosan belajar dan  kurang perhatiannya terhadap pelajaran dan kelas akan menjadi ribut. Begitu juga halnya dengan guru  yang kurang pandai mempertimbangkan  tugas-tugas yang diberikan kepada  siswa . Kalau guru terlalu  berat memberi tugas   dan tidak sesuai dengan  kemampuan  siswa, siswa akan mengeluh  dan mungkin  juga tidak mengerjakannya karena tidak mampu  melakukannya.  Hal ini dapat berdampak  kepada kepatuhan siswa pada guru. 


c.   Dari Segi Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan disini adalah lingkungan kelas,  sekolah, keluarga dan masyarakat baik fisik maupun sosial.  Lingkungan ini  baik secara langsung maupun tidak langsung  akan  dapat menimbulkan gangguan disiplin siswa.
1)   Lingkungan kelas
            Diantara lingkungan kelas yang dapat menimbulkan gangguan disiplin  adalah kurang lengkapnya  sarana dan prasarana ,  kepadatan ruangan kelas, dan  sirkulasi udara. Menurut Emmer (dalam Acink, 2011 )  kepadatan ruangan kelas  akan dapat menghalangi anak bergerak  bebas dan juga dapat menimbulkan gangguan disiplin siswa.
2)   Lingkungan Sekolah
            Lingkungan sekolah  yang  dapat menimbulkan gangguan antara lain adalah  batas kelas yang kurang kedap suara, tempat olahraga yang dekat dengan kelas, sistem aturan dan hubungan interpersonal. Menurut Jones & Jones (dalam Acink, 2011) sistem aturan sekolah yang terlalu mengikat  dan kurang mngikut sertakan siswa dalam penentuannya  akan   dapat menimbulkan gangguan disiplin karena akan sering dilanggar siswa. Faktor lain yang juga  dapat menimbulkan gangguan disiplin  menurut Jones & Jones (dalam Acink, 2011) adalah hubungan interpersonal  di sekolah. Kadang-kadang disuatu sekolah  hubungan sesama guru dan hubungan guru dengan siswa kurang baik, begitu juga halnya dengan hubungan siswa sesama siswa. Faktor  kekurang cermatan  sekolah mengatur jadwal  dapat  juga menimbulkan ganguan disiplin.
3)   Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
            Perilaku siswa  menurut teori  Konvergensi  terbentuk karena  bawaan dari lahir dan pengaruh lingkungan.  Lingkungan yang terdekat dari siswa adalah keluarga  atau rumah tangga.  Apabila rumah tangga kurang menanamkan  sikap disiplin di rumah  akan terbawa dalam kelas  sehingga akan mudah muncul perilaku yang kurang disiplin tersebut. 
          Hal yang menyebabkan  kurang disiplin anak  di rumah tangga  disebabkan  berbagai hal, antara lain   karena terlalu dimanjakan, sehingga tidak terbiasa  mematuhi aturan-aturan  yang seharusnya  dipatuhi anak.  Faktor lain yang  dapat menyebabkan  anak kurang disiplin adalah  faktor kesibukan orang tua di luar rumah sehingga tidak  mempunyai waktu membina  dan memperhatikan disiplin anaknya
Menurut Jones & Jones (dalam Acink, 2011)  keadaan orang tua yang stress dan  orang tuanya yang tinggal satu dapat menyebabkan  gangguan disiplin. Misalnya  apabila orangtua siswa hanya satu  dan keadaan ekonomi mereka kurang, anak akan terpaksa melakukan tugas-tugas rumah tangga  karena orang tuanya harus bekerja mencari  nafkah. Lain halnya dengan orangtua yang stress dimana dalam situasi yang terganggu emosionalnya. Hal ini dapat mengakibatkan anak merasa kurang nyaman berada di lingkungan rumah sehinggan muncullah perilaku yang tidak stabil.
Oleh karena itu permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswa saat ini sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternalnya.
3.    Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling atau guru pembimbing merupakan guru yang sangat memiliki peran penting dalam sebuah sekolah. Guru ini merupakan seorang yang ahli serta professional dalam hal pendidikan, karena guru tersebut akan mendidik, mengajar, serta melatih anak didik. Untuk memperoleh gelar ahli dan professional tersebut, guru tersebut haruslah menjalani pendidikan terlebih dahulu dan mendapatkan gelar sarjana baik sarjana strata satu ataupun strata dua.
Guru pembimbing ini harus memiliki kemampuan untuk membantu, dan membimbing para siswanya dalam memahami dirinya sendiri, serta mengenal potensi, bakat, dan minat serta kelemahan yang berguna untuk menentukan karir di masa depan. Selain itu membantu dalam mengatasi segala kesulitan-kesulitan yang menghambat proses belajar mengajarnya.
Menurut  Thantawy R (dalam Mutia, 2012) menyatakan bahwa “Guru bimbingan dan konseling adalah tenaga yang telah terdidik secara formal dalam bidang konseling pada tingkat universitas dan mempunyai kemampuan untuk membantu konseli atau klien dalam memecahkan masalahnya melalui proses konseling”.
Sedangkan Menurut Ws. Winkel (dalam Mutia, 2012) menjelaskan lebih spesifik  yaitu:
Konselor sekolah (school counseler) adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan menjadi professional atau jabatan seumur hidup. Tenaga ini memberikan layanan bimbingan kepada para siswa dan menjadi konsultan staf sekolah dan orang tua

            Selain itu Menurut Mutia (2012) guru bimbingan konseling merupakan tenaga ahli yang menempuh jalur pendidikan khusus sebagai konselor sekolah yang bertugas menjadi staf sekolah dalam membantu memecahkan masalah – masalah yang dialami siswa.
               Dari definisi diatas jelas bahwa guru bimbingan dan konseling memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat berat. Karena itu guru bimbingan dan konseling harus mengenal individu yang unik satu persatu sebelum melakukan tindakan tegas karena memiliki tingkah laku, pola sikap dan pola pikir serta potensi yang berbeda.
E.     Pembentukan Disiplin Diri Anak (Siswa)
      Seperti telah kita ketahui, siswa adalah generasi penerus bangsa, dan karakter siswa sangat ditentukan untuk menentukan karakter bangsa. Peran guru bimbingan konseling sangat penting dalam membentuk karakter siswa karena itu merupakan tanggung jawab setiap pendidik. Salah satu dalam membentuk karakter siswa adalah dengan membiasakan disiplin. Oleh karena itu disiplin sangat penting dalam membentuk karakter siswa agar bangsa ini memiliki karakter yang baik.
Menurut Akh. Muwafik (2011:297) yang menjelaskan tentang disiplin yaitu:
Disiplin merupakan suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus secara berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Disiplin dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan akan menjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan. Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan untuk meraih tujuan hidup yang menentukan masa depan kita

            Dalam hal ini guru bimbingan konseling sebagai pendidik yang memiliki tanggung jawab dalam mencegah, dan mengatasi permasalahan siswa sangat berperan dalam membiasakan disiplin.
            Terlebih dahulu Akh. Mawafik (2011:12) mengemukakan metode dari pendidik dalam membiasakan disiplin untuk membangun karakter tersebut yaitu  melalui keteladanan yang menyatakan:
Keteladanan memberikan gambaran secara nyata bagaimana seseorang harus bertindak. Keteladanan berarti kesediaan setiap orang untuk menjadi contoh dan miniature yang sesungguhnya dari sebuah perilaku. Keteladanan harus dimulai dari diri sendiri. Di dalam Islam, keteladanan bukanlah hanya semata persoalan mempengaruhi orang lain dengan tindakan, melainkan sebuah keharusan untuk melakukan tindakan itu yang berhubungan langsung secara spiritual dengan Allah SWT

               Dari penjelasan tersebut sebagai seorang guru maka tampakkanlah kebaikan sikap itu kepada anak didik, bukan dengan kata-kata anda. Mulailah dengan tindakan-tindakan keteladanan itu dari hal-hal yang mugkin terkesan sepele, remeh, dan kecil. Karena tindakan-tindakan kecil akan membentuk sebuah puzzle tindakan yang tersusun dengan rapi dalam memori bawah sadar guru dan siswa.
                Selain itu Akh. Muwafik (2011:17) juga menjelaskan dalam membiasakan disiplin tersebut dapat dengan membangun karakter dengan cara membangun kesepakatan nilai keunggulan.
Baik secara pribadi atau kelembagaan menetapkan sebuah komitmen bersama untuk membangun nilai-nilai positif yang akan menjadi budaya sikap atau budaya kerja yang akan ditampilkan dan menjadi karakter bersama. Hal ini haruslah menjadi kesepakatan bersama.

               Dari penjelasan tersebut seorang pendidik haruslah mulai memperbaiki sistem yang selama ini kurang sukses dalam membiasakan disiplin terhadap siswa.
Dalam membiasakan disiplin tersebut, guru bimbingan konseling harus memiliki strategi-strategi agar siswa dapat membiasakan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya sebagai siswa. Untuk membiasakan disiplin tersebut, guru bimbingan konseling dapat menggunakan strategi pengelolaan diri. Strategi Pengelolaan Diri adalah suatu proses dimana konseli mengarahkan perubahan tingkah laku mereka sendiri, dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi (Ridwan, 2012).
              Menurut Cormier (dalam Ridwan, 2012), bentuk latihan strategi Pengelolaan Diri ada tiga antara lain:
a. Pemantauan Diri
Pemantauan diri adalah proses dimana konseli mengobservasi dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan situasi lingkungan. Thoersen dan Mahoney (dalam Ridwan, 2012) memberi langkah-langkah dalam pemantauan diri yaitu rasional strategi, memilih respon, memetakan respon, memepertunjukkan data, dan mengaplikasikannya.
b. Pengendalian Rangsangan
Penggunaan pengendalian rangsangan yaitu dapat digunakan untuk mengurangi perilaku-perilaku yang tidak diinginkan dan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan.
c. Penghargaan diri
Menurut Cormier (dalam Ridwan, 2012), prosedur penghargaan diri digunakan untuk membantu klien mengatur dan menguatkan tingkah laku mereka sesuai konsekuensi yang telah ditetapkan. Sebelum melakukan strategi tersebut, sebaiknya guru bimbingan konseling harus mengetahui siapa saja peserta didiknya, agar terjadi kedekatan psikologi antara guru dan siswa, sehingga memudahkan pendidik dalam membiasakan disiplin tersebut kepada siswanya.
S. Nasution (dalam I Ktut, 2009:23) memerinci hal-hal yang harus diketahui guru tentang diri siswanya yaitu:
a.    Keterangan pribadi anak, nama orang tua/wali,tanggal masuk
b.    Kepandaian : angka rapor,hasil-hasil tes dan tingkat kelas
c.  Kesehatan”penyakit-penyakit,cacat badan dan kebiasaan hidup, serta perkembangan berat badan, tinggi badan dan sebagainya
d.   Keadaan rumah , pekerjaan ibu, bapak, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah dan sebagainya
e.  Riwayat sekolah: kerajinan bersekolah, kemangkiran, hukuman yang diperoleh, hadiah dan pujian
f.     Kesanggupan siswa istimewa, hobi
g.    Sifat-sifat pribadi ( watak ), suka bergaul, pendiam, jujur dan sebagainya
h.    Cita cita untuk kemudian hari
Setelah guru memberikan keteladanan, membangun kesepakatan nilai unggul, dan melakukan strategi pengelolaan diri serta mengetahui siapa saja siswanya maka guru akan lebih mudah untuk mengajak siswanya untuk membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru bimbingan konseling yaitu:
a.    Berikan layanan orientasi kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada di lingkungan sekolah agar siswa mengetahui apa saja aturan yang harus ditaati dan apa yang tidak boleh diperbuat sebagi seorang siswa sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.
b.    Berikan layanan informasi kepada siswa tentang perlunya disiplin dalam setiap aktivitasnya dan apa saja dampak  negatif dari dirinya jika siswa tersebut tidak disiplin.
c.    Berikan layanan penguasaan konten kepada siswa mengenai cara-cara agar selalu disiplin dalam setiap aktivitasnya.
d.   Berikan layanan konseling kelompok kepada siswa mengenai masalah-masalah dalam membiasakan disiplin dalam beraktivitas sehingga guru pembimbing dapat memberikan cara-cara agar selalu membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
e.    Berikan layanan bimbingan kelompok kepada siswa yang membahas tentang ciri-ciri siswa yang tidak membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
f.     Berikan layanan konseling perorangan kepada siswa yang tidak pernah membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
g.    Berikan layanan penempatan dan penyaluran sebagai seorang siswa yang memiliki tanggung jawab dan tugas sebagai siswa.
h.    Berikan layanan mediasi antara siswa dan orangtuanya, agar orangtua juga dapat membantu guru pembimbing untuk membiasakan disiplin dalam setiap aktivitas siswa. Karena orangtua adalah pendidik yang sangat dekat dan lebih mengetahui karakter anaknya.
i.      Berikan instrumentasi non tes berupa angket yang berkaitan tentang disiplin siswa, sehingga konselor mengetahui siapa saja siswanya yang mengalami permasalahan dalam kedisiplinan.
Namun, upaya tersebut tidak hanya sampai disitu saja, dalam membiasakan disiplin tersebut guru pembimbing juga harus mampu menerapkan sanksi yang berupa sanksi berjenjang, dimana sanksi tersebut memiliki point-point yang jika dilanggar siswa tersebut akan mendapatkan sanksi.
Untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik maka, dalam menerapkan disiplin dan tanggung jawab siswa, perlu diterapkan sanksi berjenjang bagi siswa  yang melanggar (I Ktut, 2009:32).
Tingkatan sanksi yang akan diterapkan bagi siswa yang melanggar sanksi yang mendidik, yaitu:
a.    Sanksi berupa teguran atau peringatan.
b.    Sanksi berdiri di depan kelas sambil membaca.
c.    Sanksi membersihkan halaman sekolah
d.   Sanksi membersihkan wc dan kamar mandi
e.    Sanksi fisik jongkok bangun didepan kelas dengan hitungan sendiri
f.     Sanksi fisik Berlari dihalaman sekolah
g.    Sanksi pemanggilan siswa oleh kepala sekolah
h.    Sanksi pemanggilan orang tua siswa
Dari uraian diatas, upaya guru bimbingan dan konseling membiasakan siswa disiplin dalam beraktivitas dimulai dengan memberikan keteladanan, dan membangun kesepakatan nilai keunggulan untuk membentuk karakter siswa tersebut. Selanjutnya menggunakan strategi pengelolaan diri, dan jenis layanan konseling serta kegiatan pendukung. Selain itu sanksi berjenjang juga perlu diterapkan untuk  membiasakan disiplin siswa dalam beraktivitas.


F.      Guru, Peserta Didik dan Disiplin di Sekolah
Pendidikan karakter dan budaya bangsa adalah usaha bersama warga sekolah yakni guru, peserta didik dan tenaga kependidikan lainya. Kerjasama ini dilakukan melalui semua mata pelajaran dan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya yang terbangun di sekolah. .
Di lingkungan internal sekolahpun pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek, perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di sinilah arti penting disiplin sekolah.
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Ada beberapa pengelompokan penyebab perilaku siswa yang indisiplin, Brown dan Brown (dalam Dini: 2011) :
1.         Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2.         Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
3.       Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa, siswa yang berasal dari
keluarga yang broken home.
4.       Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang
tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.
Pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran berperan penting untuk kemajuan perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh seluruh guru di sekolah, terutama peran guru pembimbing, memperkuat pernyataan diatas ada beberapa hal yamg harus ditumbuh kembangkan dalam diri peserta didik
(Brown dan Brown (dalam Dini: 2011) :
1.  Rasa hormat terhadap otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2.   Upaya untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3.    Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
4.    Rasa hormat terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain.
5.   Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6.    Memperkenalkan contoh perilaku disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang disiplin diharapkan siswa dapat mengenalinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang tidak disiplin.



















BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif (kuantitatif) atau berupaya memberikan gambaran lapangan sebagaimana adanya dengan menganalisis data-data lapangan. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persentase, sehingga dapat diperoleh informasi yang berguna bagi dunia pendidikan. (Sutja. A dkk (2014:86).
Sehubungan pendapat diatas, maka suatu kondisi yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini adalah sejauh mana tindakan tegas guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di sekolah yang meliputi upaya, peningkatan dan tegasnya guru pembimbing tersebut.

B.     Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah seluruh subjek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Arikunto, 2006). Sehubungan dengan pendapat diatas populasi merupakan lingkup, wilayah, atau tempat keberadaan dari karakteristik subjek yang diteliti dan yang akan disimpulkan nantinya, populasi biasanya tertera pada judul penelitian (Sutja, dkk :2014).
 Populasi dalam penelitian ini adalah tindakan tegas guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa, menurut tanggapan atau penilaian siswa-siswi SMP Negeri 07 Kota Jambi. Anggota populasi adalah keseluruhan siswa-siswi VIII SMP Negeri 07 Kota Jambi. Jumlah anggota populasi adalah 342 orang yang terbagi atas 11 kelas. Seperti table dibawah ini :
Tabel 3.1 Populasi Siswa-siswi SMP Negeri 07 Kota Jambi
No
Populasi
Jumlah
1
Kelas VIII A
32
2
Kelas VIII B
30
3
Kelas VIII C
31
4
Kelas VIII D
31
5
Kelas VIII E
29
6
Kelas VIII F
30
7
Kelas VIII G
32
8
Kelas VIII H
32
9
Kelas VIII I
32
10
Kelas VIII J
32
11
Kelas VIII K
31
Jumlah Keseluruhan
342

2.      Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang kan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2014).
Sampel adalah wakil representattif yang terpilih dari populasi  untuk dijadikan sumber data atau responden. Untuk menentukan jumlah sampel suatu penelitian, ada beberapa cara yang mungkin dilakukan. Salah satunya adalah menghitung sampel dari jumlah populasi yang diketahui menggunakan formula dari Slovin. Formula ini mengkaitkan jumlah sampel dengan signifikansi yang ditetapkan peneliti (Sutja, dkk :2014).

Formulanya adalah :
Ket : n  = Jumlah sampel repersentatif yang diperlukan
                              N = Jumlah populasi keseluruhan
                  e  = Tingkat signifikansi (error) yang ditetapkan peneliti
maka penentuan sampelnya adalah sebagai berikut :



   

    
Jadi sampel dalam penelitian ini mendapatkan hasil 57 yang berarti sebaran sampel yang akan dilakukan peneliti berjumlah 57 orang.

C.     Jenis dan Sumber Data
a.       Data Primer
Menurut Sutja A.dkk (2014:100) data primer adalah data yang diambil langsung oleh peneliti dari sumbernya atau responden. Data diperoleh melalui pengamatan, wawancara dengan responden menggunakan angket untuk mendapatkan informasi.
b.      Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumber datanya, menggunakan orang lain sebagai responden atau mengambil data yang tersimpan dalam bentuk dokumen (Sutja A,dkk, 2014:100)
Adapun data sekunder dalam dalam penelitian ini adalah dokumen yang berupa jumlah siswa dan data pendukung lainnya yang merupakan data penunjang yang diperoleh dari SMP Negeri 07 Kota Jambi.

D.    Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data adalah berupa angket yang dikembangkan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Pengembangan kisi-kisi angket
Pembuatan kisi-kisi angket adalah cara menetapkan variable penelitian , indicator,dan merumuskan descriptor berdasarkan indicator seperti table berikut

Tabel 3.2 Kisi-kisi Penelitian Tindakan Tegas Guru Pembimbing dalam Membina Kedisiplinan Siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi
Variabel
Indicator
Descriptor
Item
Tindakan tegas guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa
1.      Memberikan informasi dan contoh Teladan
1.      Pemberitahuan yang berkaitan dengan disiplin disekolah
2.      Pemberitahuan melalui kegiatan yang berkenaan dengan kedisiplinan
1  – 6



7 – 13

2.      Mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
1.      Kedisiplinan secara berkelanjutan
2.      Kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat
14 – 19


20 - 25

3.      Bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
1.      Memecahkan kasus indisiplin disekolah
2.      Bimbingan yang memberikan kenyamanan
26 – 32


33 – 40

2.      Penetapan option dan skala jawaban
Penetapan option dan skala jawaban menggunakan skala jawaban yaitu YA dan TIDAK dengan nilai point (0-1)
Keterangan untuk pertanyaan negative yang menjawab YA diberi skor O dan yang menjawab TIDAK diberi skor 1. Sedangkan untuk pertanyaan positif responden yang menjawab YA diberi skor 1 dan yang menjawab tidak diberi skor 0.

3.     Pengembangan angket
Sebelum angket disebarkan pada sampel, terlebih dahulu diuji kelayakan dengan meminta pertimbangan tim ahli (judgment) UPBK FKIP Universitas Jambi, yang selanjutnya disahkan untuk menjadi angket penelitian.

E.     Teknik Analisis Data
Penelitian ini memerlukan instrument yang digunakan untuk mengungkapkan keterangan atau data yang diperlukan dengan tujuan penelitian ini, yaitu menganalisis jawaban responden yang menjawab YA atau TIDAK, kemudian baru dianalisi dengan menggunakan rumus persentase sebagaimana dikemukakan Sutja dkk (2010:100) dibawah ini.

Ket:
P : Persentase yang dicari
F : jumlah responden yang menjawab
N : Jumlah keseluruhan jawaban
Hasil pengolahan data kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria proporsi jawaban responden.
Menurut Sutja (2014:131) Untuk menafirkan hasil dengan tafsiran di atas dengan cermat dapat dilakukan melalui Kontinum Interval Normatif (KIN).
Adapun langkah membuat KIN adalah dengan menetapkan banyaknya kelas interval, mengitung panjang interval dengan rumus
Ket :              Pi : panjang interval yang dicari
         Nt  : nilai paling tinggi
         Nr  : nilai paling rendah
         Ki   : kelas interval yang dibutuhkan
Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 82.35% sedangkan nilai jawaban responden terendah adalah 18.49%
Tabel 3.3 Penentuan kelas interval
No
Kualitas
Rentang
Batas titik Interval Nt – ( pi – 1 )
Kelas Interval
1
Sangat Baik
15
100 – ( 15 – 1 ) = 86
86 - 100
2
Baik
15
85 – ( 15 - 1 ) = 71
71 – 85
3
Sedang
15
70 – ( 15 – 1 ) = 56
56 – 70
4
Kurang Baik
15
55 – ( 15 -1 ) = 41
41 – 55
5
Tidak Baik
15
< 40
< 40




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Deskripsi Data
Uraian dibawah ini berisi tentang gambaran data penelitian yang disebar melalui angket. Data diperoleh berdasarkan hasil jawaban responden mengenai tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi.
Adapun distribusi data tergambar pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Deskripsi Data Jawaban Responden
No Item
Jawaban Responden
No Item
Jawaban Responden
Ya
Tidak
Ya
Tidak
1
47
10
21
49
8
2
55
2
22
48
9
3
56
1
23
50
7
4
56
1
24
50
7
5
52
5
25
50
7
6
53
4
26
47
10
7
56
1
27
51
6
8
52
5
28
55
2
9
51
6
29
51
6
10
56
1
30
52
5
11
53
4
31
51
6
12
56
1
32
47
10
13
56
1
33
50
7
14
54
3
34
45
12
15
48
9
35
51
6
16
51
6
36
53
4
17
49
8
37
51
6
18
46
11
38
51
6
19
50
7
39
56
1
20
49
8
40
57
0
Jumlah
2061
219









B. Hasil Penelitian
Dibawah ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 7 Kota Jambi yang memberikan informasi dan contoh teladan, mengelola kegiatan yang mendisiplinkan serta bertindak selaku penyebar kebijaksanaan .Adapun tabulasi hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tabulasi data hasil penelitian
No Item
Jawaban Responden

No Item
Jawaban Responden
Ya
%
Tidak
%
Ya
%
Tidak
%
1
47
82,46
10
17.54
21
49
85.96
8
14.04
2
55
96.49
2
3.51
22
48
84.21
9
15.79
3
56
98.25
1
1.75
23
50
87.72
7
12.28
4
56
98.25
1
1.75
24
50
87.72
7
12.28
5
52
91.23
5
8.77
25
50
87.72
7
12.28
6
53
92.98
4
7.02
26
47
82.46
10
17.54
7
56
98.25
1
1.75
27
51
89.47
6
10.53
8
52
91.23
5
8.77
28
55
96.49
2
3.51
9
51
89.47
6
10.53
29
51
89.47
6
10.53
10
56
98.25
1
1.75
30
52
91.23
5
8.77
11
53
92.98
4
7.02
31
51
89.47
6
10.53
12
56
98.25
1
1.75
32
47
82.46
10
17.54
13
56
98.25
1
1.75
33
50
87.72
7
12.28
14
54
94.74
3
5.26
34
45
78.95
12
21.05
15
48
84.21
9
15.79
35
51
89.47
6
10.53
16
51
89.47
6
10.53
36
53
92.98
4
7.02
17
49
85.96
8
14.04
37
51
89.47
6
10.53
18
46
80.70
11
19.30
38
51
89.47
6
10.53
19
50
87.72
7
12.28
39
56
98.25
1
1.75
20
49
85.96
8
17.54
40
57
100.00
0
0.00
Jumlah
2061

219

Rata - Rata

90.60

5.48


Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa nilai jawaban responden tertinggi adalah 100.00 %, sedangkan nilai jawaban terendah adalah 78.95 %, jadi untuk mengetahui kualitas tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dapat dihitung melalui Kontinum Interval Normative (KIN). Adapun langkah membuat KIN adalah dengan menetapkan banyaknya kelas interval dan menghitung panjang interval.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dengan memberikan informasi dan contoh teladan, mengelola kegiatan yang mendisiplinkan serta bertindak selaku penyebar kebijaksaanan, berdasarkan tabel penentuan kelas interval berada pada kualitas “Sangat Baik”.
Untuk melihat tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa untuk masing-masing indikator dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator memberikan informasi dan contoh teladan.
Hasil penelitian data tentang tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa pada indikator memberikan informasi dan contoh teladan di SMP Negeri 07 Kota Jambi yang meliputi Pemberitahuan yang berkaitan dengan disiplin di sekolah dan pemberitahuan melalui kegiatan yang berkenaan dengan kedisiplinan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator memberikan informasi dan contoh teladan.
No Item
Pertanyaan
Jawaban Responden
Jumlah
Ya
Tidak
F
%
F
%
N
%
1
Pemberian informasi tentang tata tertib mengenai jam masuk dan pulang sekolah
47
82,46
10
17.54
57
100
2
Mengingatkan untuk datang tepat waktu kesekolah
55
96.49
2
3.51
57
100
3
Pemberian informasi tentang larangan pemakaian rok dan celana yang ketat
56
98.25
1
1.75
57
100
4
Guru pembimbing mengarahkan saya untuk datang kesekolah 10 menit sebelum masuk jam sekolah
56
98.25
1
1.75
57
100
5
Pemberian informasi mengenai pentingnya pembuatan rencana belajar
52
91.23
5
8.77
57
100
6
Saya membuat rencana belajar setelah mendapatkan informasi dari guru pembimbing
53
92.98
4
7.02
57
100
7
Melakukan pemeriksaaan seragam sekolah agar terlihat rapi
56
98.25
1
1.75
57
100
8
Mengajak siswa – siswi untuk selalu membuang sampah pada tempatnya
52
91.23
5
8.77
57
100
9
Pemberian informasi mengenai kewajiban siswa mengikuti UPB pada hari senin
51
89.47
6
10.53
57
100
10
Pakaian seragam sekolah saya bersih tanpa coretan setelah guru pembimbing menginformasikan tentang kerapian dalam berpakaian
56
98.25
1
1.75
57
100
11
Pemberian informasi tentang pentingnya mempersiapkan peralatan belajar sebelum pelajaran dimulai
53
92.98
4
7.02
57
100
12
Setelah guru pembimbingv menginformasikan pentingnya persiapan sebelum belajar, saya mengeluarkan peralatan belajar sebelum pelajaran dimulai
56
98.25
1
1.75
57
100
13
Pemberian informasi pentingnya kegiatan belajar dengan sungguh sungguh agar mendapatkan hasil yang maksimal
56
98.25
1
1.75
57
100
Rata – rata
699
95.32
42
5.67
741
100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi dalam memberikan informasi dan contoh teladan di SMP Negri 07 Kota Jambi yang meliputi Pemberitahuan yang berkaitan dengan disiplin di sekolah dan pemberitahuan melalui kegiatan yang berkenaan dengan kedisiplinan sekolah berada pada  (95.32%) “Sangat Baik” .
2. Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indikator mengelola kegiatan yang mendisiplinkan.
Hasil pengolahan data penelitian tentang tindakan guru pembimbing dalam membina kedsiplina siswa melalui pengelolaan kegitan yang meliputi Kedisiplinan secara berkelanjutan dan kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat.dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Table 4.4 Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indikator mengelola kegiatan yang mendisiplinkan.
No Item
Pertanyaan
Jawaban Responden
Jumlah
Ya
Tidak
F
%
F
%
N
%
1
Saya memeperhatikan saat guru menerangkan mata pelajaran dengan sungguh sungguh setelah guru pembimbing menginformasikan pentingnya disiplin dalam belajar
54
94.74
3
5.26
57
100
2
Setelah mendapatkan informasi dari guru pembimbing saya mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir jam pelajaran dengan serius
48
84.21
9
15.79
57
100
3
Setelah mendapatkan informasi dari guru pembimbing tentang disiplin dalam kegiatan belajar saya jadi patuh pada rambu rambu yang diberikan oleh guru dalam belajar
51
89.47
6
10.53
57
100
4
Saya mengikuti kegiatan belajar dengan semnagat dan partisipatif setelah mendapatkan penjelasan dari guru pembimbing tentang disiplin belajar disekolah
49
85.96
8
14.04
57
100
5
Mengingatkan untuk tetap melakukan disiplin disekolah setiap waktu
46
80.70
11
19.30
57
100
6
Saya tidak akan melanggar disiplin setelah guru pembimbing menginformasikan tentang pentingnya disiplin disekolah
50
87.72
7
12.28
57
100
7
Menjelaskan tentang sanksi yang diberikan apabila siswa melanggar aturan sekolah
49
85.96
8
17.54
57
100
8
Menginformasikan mengenai kerugian yang dialami apabila bolos sekolah sehingga membuat saya jtakut untuk bolos sekolah
49
85.96
8
14.04
57
100
9
Menginformasikan mengenai larangan bagi siswa merokok dilingkungan sekolah membuat saya menghindari perilaku merokok
48
84.21
9
15.79
57
100
10
Menjelaskan pentingnya mengerjakan tugas sekolah tepat waktu
50
87.72
7
12.28
57
100
11
Informasi yang saya peroleh dapat menjadi pedoman untuk selalu menjaga kedisiplinan dengan baik
50
87.72
7
12.28
57
100
12
Pemberian sanksi saat ketahuan tidak mengerjakan tugas lalu mengingatkan agar saya tidak mengulanginya lagi
50
87.72
7
12.28
57
100
Rata – rata
594
86.84
90
13.45
684
100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi melalui pengelolaan kegiatan yang meliputi Kedisiplinan secara berkelanjutan dan kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat berada pada (86.84%) “ Sangat Baik” .
 3. Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siwa pada indicator Bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
Hasil pengolahan data penelitian tentang tindakan guru pembimbung dalam membina kedisiplinan siwa dalam Memecahkan kasus indisiplin di sekolah dan  Bimbingan yang memberikan kenyamanan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :




Table 4.5 Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siwa pada indicator Bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
No Item
Pertanyaan
Jawaban Responden
Jumlah
Ya
Tidak
F
%
F
%
N
%
1
Memecahkan masalah pada siswa yang terlambat datang kesekolah
47
82.46
10
17.54
57
100
2
Pemberian sanksi pada siswa yang melanggar aturan sekolah
51
89.47
6
10.53
57
100
3
Memeriksa setiap hari seragam siswa yang tidak rapi
55
96.49
2
3.51
57
100
4
Mengingatkan siswa untuk selalu menerapakan disiplin disekolah
51
89.47
6
10.53
57
100
5
Memberikan bimbingan kepda siswa yang bermasalah terhadap kedisiplinan disekolah
52
91.23
5
8.77
57
100
6
Mengajak masuk siswa yang berkeliaran diluar kelas saat jam pelajran sedang berlangsung
51
89.47
6
10.53
57
100
7
Saya menjadi disiplindisekolah setelah guru pembimbing melakukan tindakan disiplin yang dapat membantu siswa untuk tidak melanggar aturan sekolah
47
82.46
10
17.54
57
100
8
Memberikan pengarahan dan bimbingan yang membuat saya sadara bahwa kedisiplinan itu sangat penting
50
87.72
7
12.28
57
100
9
Guru pembimbing dapat menjadi teman disaat saya mempunyai masalah
45
78.95
12
21.05
57
100
10
Saya menjadi lebih mengetahui mengenai kedisiplinan setelah mendapat bimbingan dari guru pembimbing
51
89.47
6
10.53
57
100
11
Selalu mengingatkan untuk melakukan kedisiplinan disekolah sesuai aturan
53
92.98
4
7.02
57
100
12
Saya akan selalu disiplin disekolah setelah guru pembimbing mengingatkan saya untuk selalu disiplin
51
89.47
6
10.53
57
100
13
Mengingatkan siswa dengan cara yang sopan dan santun
51
89.47
6
10.53
57
100
14
Pemberian sanksi kepada siswa yang melanggar dengan hukuman yang ringan dan selalu memberi peringatan untuk tidak mengulanginya lagi
56
98.25
1
1.75
57
100
15
Saya semaikn rajin dan selalu menerapkan disiplin disekolah setelah mendapatkan informasi dan bimbingan dari guru pembimbing
57
100.00
0
0.00
57
100
Rata – rata
768
89.82
87
10.18
855
100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dalam Memecahkan kasus indisiplin di sekolah dan Bimbingan yang memberikan kenyamanan berada pada (89.82%) “ Sangat Baik ”
Dari hasil uraian perindikator diatas, berikut ini dapat disimpulkan hasil penelitian tentang tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Table 4.6 Rekapitulasi hasil pengolahan data penelitian
No
INDIKATOR
(%)
KUALITAS
1
Memberikan informasi dan contoh teladan.
95.32
Sangat Baik
2
Mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
86.84
Sangat Baik
3
Bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
89.82
Sangat Baik

Rata – Rata
90.66
Sangat Baik

Berdasarkan hasil rangkuman perindikator sebgaimana tabel diatas, tindakan guru pembimbing dalam membina kedsiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi berada pada kualitas “SANGAT BAIK” (90.66 %) . Hasil temuan ini membuktikan bahwa apa yang telah dilakukan guru pembimbing dalam meningkatkan disiplin dengan tindakan yang baik dan sesuai menunjukkan hasil yang baik pula.



C. Pembahasan
Adapun pembahasan hasil penelitian mengenai tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi secara keseluruhan dapat dilihat dari tiga indicator yang sudah dinalisis dan diuraikan pada hasil penelitian diatas.
1.      Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator memberikan informasi dan contoh teladan.
Berdasarkan analisis hasil data penelitian diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedsisplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi pada indicator memberikan informasi dan contoh teladan yang meliputi Pemberitahuan yang berkaitan dengan disiplin di sekolah dan pemberitahuan melalui kegiatan yang berkenaan dengan kedisiplinan berada pada kualitas “Sangat Baik”..
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di sekolah dapat membantu siswa dalam perubahan perilaku kearah yang lebih baik, siswa menjadi lebih disiplin dan patuh terhadap aturan-aturan yang ada di sekolah,
Menurut Prayitno (2004:91) peran guru pembimbing juga sangat penting dalam mensosialisasikan peraturan-peraturan yang berlaku disekolah, dengan adanya sosialisasi dari guru pembimbing siswa mampu memahami aturan yang berlaku baik berupa larangan siswa maupun kewajiban siswa selama berada di lingkungan sekolah. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal.
Menurut Abdul Hadis (2010:84) disiplin merupakan hal yang sangat mendasar sekali yang harus dimilki setiap siswa. Karena disipkin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap. Dengan adanya perilaku dan informasi yang mendukung kehidupan bersiplin, peserta didik akan dapat mengontrol diri untuk berperilaku baik dan selalu taat pada norma-norma ditengah-tengah masyarakat yang pada akhirnya akan mengantar siswa sukses dalam belajar.
Di SMP Negeri 07 Kota Jambi tindakan guru pembimbing dalam mensosialisasikan kegiatan  disiplin sekolah sudah sangat baik, dimana keseluruhan siswa mampu melakukan kegiatan disiplin yang berlaku di sekolah.
2.      Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator mengelola kegiatan yang mendisiplinkan.
Berdasarkan hasil analisis penelitian ini diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi melalui pengelolaan kegiatan yang mendisiplinkan meliputi kegiatan disiplin secara berkelanjutan dan kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat berada pada kualitas “ Sangat Baik”
Hasil ini membuktikan bahwa dengan adanya tindakan yang telah dilakukan oleh guru pembimbing dalam membina kedsiplinan siswa  telah terlaksana dengan baik. Bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan dari,untuk dan oleh manusia yang memiliki.pengertian khas. Dengan adanya tindakan guru pembimbing ini siswa akan melakukan aktivitas di sekolah dengan disiplin sesuai apa yang telah diatur dalam suatu aturan (norma).
Menurut Djamarah (2008) orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam hidupnya adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya.
Bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan dari, untuk dan oleh manusia yang memiliki pengertian khas. Dengan adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh guru pembimbing siswa diharapkan akan melakukan aktifitas disiplin sesuai dengan apa yang telah ditentukan atau telah diatur dalam suatu aturan (norma).
Menurut Slameto (2010) yang perlu dimiliki agar dapat disiplin secara baik adalah kesadaran atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa displin adalah untuk kepentingan sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada orang lain.
3.      Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
Berdasarkan hasil penelitian diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dengan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan yang meliputi memecahkan kasus indisiplin di sekolah dan bimbingan yang memberikan kenyamanan berada pada kualitas “ Sangat Baik ”.
Arikunto (1993:114) mengatakan bahwa pelaksanaan tata tertib sekolah akan berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan tidak berartinya tata tertib yang diterapkan di sekolah, guru dan siswa mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan disiplin di sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Di SMP Negeri 7 Kota Jambi tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di sekolah sudah sangat baik, dimana hampir keseluruhan siswa mampu menerima tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
















BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.     Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dalam penelitian ini, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi berada pada kualitas “Sangat Baik” (90.66 %). Dan secara khusus hasil analisis tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi adalah sebagai berikut :
·        Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi dalam memberikan informasi dan contoh teladan brada pada kualitas “Sangat Baik” (95.32%). Hal ini menunjukkan bahwa melalui pemberitahuan yang diberikan oleh guru pembimbingtentang disiplin siswa mampu mentaati aturan yang berlaku disekolah.
·        Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi dalam mengelola kegiatan yang mendisipinkan berada pada kualitas “ Sangat Baik” (86.84 %). Hal ini menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa membawa perubahan yang baik terhadap siswa menjadi mampu dalam mengatur rencana belajar dan taat dalam mengikuti proses belajar mengajar.
·        Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi dengan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan berada pada kualitas “Sangat Baik” (89.82 %). Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya tindakan yang dilakukan oleh guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dapat merasa nyaman dan melakukan disiplin dengan sesuai serta bermanfaat.
B.     Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran-saran kepada pihak-pihak tertentu sebagai berikut :
1.      Bagi sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini merupakan gambaran tentang tindakan guru pembimbing dalam membina disiplin di sekolah dan diharapkan adanya kerja sama antara guru pembimbing dan guru bidang study dalam membentuk disiplin siswa dan hasil penelitian ini menjadi tolak ukur dalam pengambilan kebijakan/keputusan terhadap program sekolah terutama tentang disiplin.
2.      Bagi guru pembimbing
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada guru pembimbing untuk lebih meningkatkan pemberian layanan bimbingan konseling yang berkaitan dengan disiplin, sehingga dengan adanya layanan tersebut siswa menjadi lebih disiplin baik dalam mentaati aturan sekolah maupun disiplin saat belajar disekolah maupun di rumah.
3.      Bagi siswa
Hendaknya lebih giat dalam mengikuti layanan atau kegiatan bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing dan lebih meningkatkan disiplin yang ada dalam diri siswa baik disiplin saat belajar di sekolah maupun disiplin saat belajar di rumah.
C.     Implikasi hasil penelitian terhadap bimbingan dan konseling
Dalam kegiatan bimbingan konseling di sekolah tindakan yang dilakukan agar siswa memliki disiplin yang positif berbagai layanan, kegiatan dan bimbingan dapat dilakukan. Dengan mengacu pada kegiatan bimbingan ini diharapkan kedisiplinan siswa akan semakin meningkat dan dapat mewujudkan tercapainya prestasi yang diharapkan.
Kedisiplinan siswa mempunya implikasi penting dalam bimbingan dan konseling. Dengan adanya disiplin yang baik akan meningkatkan prestasi yang baik pula.
Bila hasil penelitian ini diimplikasikan pada kegiatan bimbingan dan konseling maka dalam proses konseling membantu siswa agar dapat berdisplin dengan baik sehingga mencapai hasil yang optimal dan pada akhirnya dapat membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkan melanjutkan pendidikan pada tingkat yang tinggi.
Read more ...
Designed By OMG