BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam proses pendidikan, semua
stakeholder yang terkait dengan proses tersebut mempunyai peran dan tanggung
jawab sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus
berjalan secara sinergis saling melengkapi sehingga membentuk suatu system yang
harmonis. Dari peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat
diperlukan sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai apa
yang diharapkan.
Sekolah dipahami sebagai lembaga
pendidikan formal, ditempat inilah kegiatan belajar mengajar berlangsung, ilmu
pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak didik. Proses pendidikan
pada umumnya berlangsung di sekolah melalui kegiatan pembelajaran.
Penyelenggaraan pendidikan di SMP
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa agar dapat melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi serta sebagai bekal untuk mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan tersebut mengacu
pada tujuan pendidikan nasional.
Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut diatas perlu diadakan kegiatan belajar yang merupakan kegiatan dalam
pelaksanaan pendidikan. Proses pendidikan bukanlah suatu proses perkembangan
yang menekankan kepada aspek intelektual saja, melainkan suatu proses
pengembangan yang mencakup aspek kepribadian, secara wajar dan optimal karena
belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap.
Jadi dalam kegiatan pelaksanaan
jenjang pendidikan seperti sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dalam
prakteknya lebihbanyak dilaksanakan dalam bentuk proses pembelajaran,
diharapkan tidak hanya terfokus pada penguasan belajar saja atau secara
intelektual saja melainkan juga harus disertai dengan pengembangan aspek lain.
Salah satu aspek yang tidak boleh
diabaikan dalam proses pendidikan adalah aspek disiplin. Disiplin merupakan
salah satu factor penetu kerberhasilan seseorang.disiplin juga menjadi sarana
pendidikan. Dalam menididik disiplin berperan mempengaruhi, mendorong,
mengendalikan, mengubah, membina dan membentuk perilaku-perilaku tertentu
sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan diteladankan.
Berkaitan dengan kegiatan belajar
pemahaman disiplin belajar sangat penting dilaksanakan bukan saja oleh siswa
tetapi oleh seluruh personil sekolah karena disiplin belajar mengandung arti
ketaatan serta aspek kehidupan yang mesti wujud dalam masyarakat. Abdulha, 2000
(Bernhard, 1993:3) menyebutkan bahwa tujuan disiplin adalah : Mengupayakan
pengembangan minat anak dan mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang
akan menjadi sahabat, tetangga dan warga negara yang baik. Dalam hal ini
keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan lembaga yang bertugas dan
bertanggung jawab dalam menanamkan dasar-dasar disiplin diri sedini mungkin
kepada anak. Disiplin diri dibangun dari asimilasi dan pengembangan nilai-nilai
moral untuk diinternalisasikan oleh subjek didik sebagai dasar-dasar untuk
mengarahkan tingkah lakunya. Dasar-dasar disiplin diri yang diperoleh dalam
keluarga selanjutnya akan diterapkan oleh anak dalam kehidupannya
Upaya yang dapat dilakukan sekolah
dalam menerapkan disiplin seseorang terhadap peraturan, hendaknya peraturan
disosialisasikan secara tertulis, karena dalam menaati peraturan diperlukan
sebuah disiplin, dan apabila peraturan itu diataati dengan kedisiplinan, maka
hal-hal yang bertentangan tidak terjadi. Persoalan yang terungkap bila seorang
siswa tidak menanamkan disiplin belajar adalah tidak adanya keteraturan untuk
menjalankan setiap aktifitas dalam belajar jadwal belajar kacau, terbuang waktu
untuk belajar hanya untuk bermain-main. Menurut Rudolf peraturan adalah
serangkaian yang telah ditentukan sebelumnya dengan hasil yang telah
ditetapkan. Menetapkan menguatkan peraturan adalah teknik pemecahan masalah
yang efektif karena telah terbukti diterima baik jika dunia mereka dapat
diramalkan dan mereka akan mampu mengantisipasi dari perilaku mereka.
Dalam menerapkan disiplin anak,
orangtua sangat berperan menanamkan dan mengajarkan sikap kedisiplinan pada
kegiatan belajar mereka di rumah. Menanamkan dan mengajarkan sikap disiplin
sedini mungkin mempengaruhi psikologis yang besar terhadap kegiatan belajar
anak. Dengan adanya upaya dari orang tua, terhadap kedisiplinan anak akan lebih
giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan dirinya
sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orangtuanya pun
demikian. Sebab baik buruknya prestasi yang dicapai anak akan memberikan
pengaruh kepadanya dalam perkembangan pendidikan selanjutnya.
Selain peran orantua dalam
menerapkan disiplin belajar anak dirumah, peran sekolah juga sangat menetukan
dalam menerapkan disiplin belajar anak di sekolah, melalui guru bimbingan dan
konseling anak diperkenalkan mengenai aturan-aturan, larangan dan kewajiban
siswa di sekolah. Baik peraturan mengenai tata tertib sekolah maupun disiplin
dalam belajar di sekolah. Dengan adanya upaya guru pembimbing dalam
memperkenalkan disiplin sekolah dan disiplin belajar anak akan memahami
mengenai pentingnya disiplin dalam belajar sehingga anak akan lebi giat dan
semangat belajar untuk mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik karena ia
tahu bahwa semuanya untuk kemajuan dirinya sendiri dengan perkembangan
pendidikan selanjutnya.
Berdasarkan fenomena yang terjadi
di lapangan yang tampak oleh peneliti pada saat melakukan praktek lapangan
bimbingan dan konseling, masih ditemui siwa yang kurang memiliki disiplin baik
disiplin sekolah maupun disiplin saat belajar, seperti datang terlambat,
pakaian seragam tidak lengkap, sering meninggalkan jam belajar, tidak
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan siswa masuk jam pelajaran
tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Survey lebih lanjut yang dilakukan
oleh peneliti, pada tanggal 18 Juli 2016 diperoleh keterangan dari guru-guru
SMP Negeri 07 Kota Jambi bahwa guru-guru yang mengajar lebih menitikberatkan
pada aspek pengajaran pengetahuan, sedangkan perkembangan anak pada aspek lain
khususnya mengenai kedisiplinan belum sungguh-sungguh diperhatikan. Menurut
keterangan guru pembimbing di sekolah mengenai masalah disiplin di sekolah dan
disiplin belajar, dimana mereka telah melakukan sosialisasi mengenai disiplin
sekolah dan disipli belajar melalui layanan bimbingan konseling seperti layanan
orientasi tentang disiplin sekolah dan disiplin belajar diberikan kepada siswa.
Upaya yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling sudah cukup maksimal
akan tetapi masih juga ditemui siswa yang kurang memiliki kedisiplinan.
Tindakan-tindakan yang tidak
mencerminkan sikap disiplin yang terjadi SMP Negeri 07 Kota Jambi diatas harus
segera diatasi dan disiplin perlu ditegaskan agar tidak terjadi pelanggaran,
bila pelanggaran terjadi akan berakibat terganggunya usaha pencapaian tujuan
pengajaran, karena maju mundurnya prestasi belajar sangat bergantung kepada
situasi dan kondisi beljar mengajar yang dialami siswa secara langsung,
disinilah perlunya disiplin belajar yang merupakan kegiatan paling pokok dalam
keseluruhan pendidikan.
Bertitik tolak dari uraian diatas,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tindakan Tegas
Guru Pembimbing dalam Membina Kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi.
B.
Batasan masalah
Dalam penelitian ini tindakan tegas guru pembimbing
dalam mengembangkan kedisiplinan siswa adalah mencakup tiga hal yaitu :
1. Tindakan tegas guru pembimbing dalam
memberikan informasi dan contoh teladan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 07
Kota Jambi
2. Tindakan tegas guru pembimbing dalam mengelola
kegiatan yang mendisiplinkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 07 Kota Jambi.
3. Tindakan tegas guru pembimbing dalam
bertindak selaku penyebar kebijaksanaan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota
Jambi.
Lokasi tempat penelitian dilaksanakan
adalah pada SMP Negeri 7 Kota Jambi. Tindakan tegas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tindakan yang dilakukan oleh guru pembimbing terhadap
siswa kelas VIII yang melakukan indisiplin sekolah dengan subjek penelitian
adalah :
1. Tindakan tegas guru pembimbing yang
dimaksud dalam penelitian adalah penilaian siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Kota Jambi
terhadap tindakan tegas guru pembimbing
2. Tindakan tegas yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tindakan tegas yang mendidik.
C.
Rumusan masalah
Berdasarkan batasan masalah yang
dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah kualitas tindakan tegas
guru pembimbing dalam memberikan informasi dan contoh teladan
2. Bagaimanakah kualitas tindakan tegas guru
pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
3. Bagaimanakah Kualitas Tindakan tegas guru
pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan
D.
Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari
pelaksanaan penelitian ini antara lain adalah :
1. Mengungkapkan kualitas tindakan tegas guru
pembimbing dalam
memberikan informasi dan contoh
teladan
2. Mengungkapkan kualitas tindakan tegas guru
pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
3. Mengungkapkan kualitas Tindakan tegas guru
pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
E.
Manfaat penelitian
Hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat berguna sebgai berikut :
1. Siswa Sebagai gambaran kondisi nyata
menigkatkan disiplin diri dalam kegiatan belajar baik disekolah maupun di
rumah.
2. Guru pembimbing
Sebagai tolak ukur bagi guru pembimbing
dalam memberikan layanan bimbingan konseling mengenai kedisiplinan dan sebagai
tolak ukur dalam keberhasilan proses pembelajaran khususnya disiplin belajar di
sekolah.
3. Bagi sekolah
Sebagai gambaran nyata
tentang bentuk kedisiplinan siswa di sekolah dan bahan pertimbangan dalam
mengambil kebijakan atau keputusan terhadap program pendidikan di sekolah.
F.
Anggapan Dasar
Anggapan dasar untuk pertanyaan
penelitian bisa dirumuskan sebagai berikur :
1. Tindakan tegas guru pembimbing tidak
berupa hukuman yang berkelanjutan, tetapi tindakan yang lebih menitikberatkan
pada kelembutan dan kenyamanan siswa. 2. Tegas yang dimaksud adalah kemampuan
untuk dapat menghadapi orang lain tanpa menimbulkan penghinaan. Didalam
lapangan hubungan antar manusia.
3. Ketegasan adalah kemampuan untuk
menyampaikan dan melaksanakan hal yang tepat pada waktu yang tepat. Ketegasan
meliputi pengertian dari sifat manusia dan menghargai perasaan dari orang lain.
G.
Hipotesis Dan Pertanyaan Peneitian
Hipotesis pada penelitian ini yaitu
Terdapat peningkatan tindakan guru pembimbing tentang ketegasan disiplin
melalui pemberian informasi dan contoh teladan, pengelolaan kegiatan yang
mendisiplinkan dan bertindak sebagai penyebar kebijaksanaan dengan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. pada kualitas mana tindakan tegas
guru pembimbing dalam memberikan informasi dan contoh teladan
2. pada kualitas mana tindakan tegas
guru pembimbing dalam mengelola kegiatan yang mendisiplinkan
3. pada kualitas mana tindakan tegas
guru pembimbing dalam bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
H.
Definisi Operasional
Tindakan tegas yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kualitas guru pembimbing bertindak,
mengelola dan memberi kenyamanan pada siswa menurut penilaian siswa pada kelas
VIII di SMP Negeri 7 Kota Jambi.
I.
Kerangka Konseptual
Dengan mempedomani definisi operasional
tentang tindakan tegas yang mencakup bertindak, mengelola, dan memberi, maka
kerangka konseptual dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar.1.1.Kerangka
Konseptual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Disiplin
1. Pengertian
Disiplin
Kehidupan
sehari-hari kita tidak lepas dari aktivitas atau kegiatan, kadang kegiatan itu
kita lakukan dengan tepat waktu tapi kadang juga tidak. Kegiatan yang kita
laksanakan secara tepat waktu dan dilaksanakan secara kontinyu, maka akan
menimbulkan suatu kebiasaan. Kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan secara
teratur dan tepat waktulah yang biasanya disebut displin dalam kehidupan
sehari-hari.
Menurut
Prijodarminto dalam Tu’u (2004:31) disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan
nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan keterikatan.
Memperkuat pendapat ini Rachman dalam Tu’u (2004:12) menyatakan disiplin
sebagai upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat
dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan tata tertib
berdasarkan dorongan dan kesadaran yag muncul dari dalam hatinya.
Amir
(2003:3-4) membedakan kata disiplin dengan mendisiplin :
Disiplin
biasanya diartikan sebagai perilaku dan tata tertib yang sesuai dengan
peraturan dan ketetapan, atau perilaku yang diperoleh dari pelatihan, seperti
displin dalam kelas atau disiplin dalam tixm bola basket yang baik. Sedangkan
kata mendisiplin didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh
dengan pelatihan dan pengawasan, menghukum atau mengenakan denda, membetulkan,
menghukum demi kebiasaan.
2. Fungsi
Disiplin
Fungsi
disiplin sangat penting untuk ditanamkan pada siswa, sehingga siswa menjadi
sadar bahwa dengan disiplin akan tercapai hasil belajar yang optimal. Fungsi
disiplin menurut Tu’u (2004:38-44) adalah sebagai berikut :
a. Menata kehidupan bersama
Manusia
merupakan makhluk social. Manusia tidak akan bias hidup tanpa bantuan orang
lain. Dalam kehidupan bermasyarakat sering terjadi pertikaian antar sesame
orang yang disebabkan karena bentura kepentingan, karena manusia selain sebagai
makhluk social ia juga sebagai makhluk individu yang tidak lepas dari sifat
egonya, sehingga kadang-kadang di masyarakat terjadi benturan antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan bersama. Disinilah pentingnya disiplin
untuk mengaut tata kehidupan manusia dalam kelompok tertentu atau dalam
masyarakat sehingga kehidupan bermasyarakat akan tentram dan teratur.
b. Membangun kepribadian
Kepribadian
adalah keseluruhan sifat, tingkah laku yang khas yang dimiliki oleh seseorang.
Antara orang yang satu dengan yang lain mempunyai kepribadian yang berbeda.
Lingkungan yang berdisiplin baik sangat berpengaruh terhadap kepribadian
seseorang. Apalagi seorang siswa yang sedang tumbuh kepribadiannya, tentu
lingkungan sekolah yang tertib, teratur, tenang, tentram sangat berperan dalam
membangun kepribadian yang baik
c. Melatih kepribadian yang baik
Kepribadian
yang baik selalu dibangun sejak dini. Juga perlu dilatih karena kepribadian
yang baik tidak muncul dengan sendirinya. Kepribaian yang baik perlu dilatih
dan dibiasakan, sikap perilaku dan pola kehidupan dan disiplin tidak terbentuk
dalam waktu yang singkat, namun melalui suatu proses yang membutuhkan waktu
lama.
d. Pemaksaan
Disiplin
akan tercipta dengan kesadaran seseorang untuk mematuhi semua ketentua,
peraturan, dan norma yang berlaku dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab.
Disiplin dengan motif kesadaran diri lebih baik dan kuat. Dengan melakukan
kepatuhan dan ketaatan atas kesadaran diri bermanfaat bagi kebaikan dan
kemajuan diri. Sebaliknya disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan
dan tekanan dari luar. Misalnya ketika seorang siswa yang kurang disiplin masuk
ke satu sekolah yangberdisiplin baik, maka ia terpaksa harus menaati dan
mematuhi tata tertib yang ada di sekolah tersebut.
e. Hukuman
Dalam
suatu sekolah tentunya ada aturan atau tata tertib. Tata tertib ini berisi hal-hal
yang psitif an harus dilakukan oleh siswa. Sisis lainya berisi sanksi atau
hukuman bagi yang melanggar tat tertib tersebut. Hukuman berperan sangat
penting karena dapat memberi motivasi dan kekuatan bagi siswa untuk mematuhi
tata tertib dan peraturan-peraturan yang ada, karena tanpa adanya hukuman
sangat diragukan siswa akan mematuhi peraturan yang sudah ditentukan.
f.
Menciptakan
lingkungan yang kondusif
Disiplin
di sekolah berfungsi mendukung terlaksananya proses kegiatan lancar. Hal itu
dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru-guru dan
bagi para siswa, serta peraturan lain yang dianggap perlu. Kemudian
diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen, dengan demikian diharpkan
sekolah akan menjadi lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram dan
teratur.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi dan Membentuk Displin
Perilaku
disiplin tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Melainkan perlu kesadaran diri,
latihan, kebiasaan, dan juga adanya hukuman. Bagi siswa disiplin belajar juga tidak
akan tercipta apabila siswa tidak mempunyai kesadaran diri. Siswa akan disiplin
dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingya belajar dalam kehidupannya.
Penanaman displin pula dimulai sedini mungkin mulai dari dalam lingkungan
keluarga. Mulai dari kebiasaan bangun pagi, makan, tidur dan mandi harus
dilakukan secra tepat waktu sehingga anak akan terbiasa melakukan kegiatan itu
secara kontinyu. Menurut Tu’u (2004:48-49) ada empat factor dominan yang
mempengaruhi dan membentuk disiplin, yaitu :
a. Kesadaran diri
Sebagai
pemahaman diri bahwa displin penting bagi kehidupan dan keberhasilan dirinya.
Selain itu kesadaran diri menjadi motif yang sangat kuat bagi terwujudnya
disiplin. Displin yang terbentuk atas kesadaran diri akan kuat pengaruhnya dan
akan lebih tahan lama dibandingkan dengan displin yang terbentuk karena unsur
paksaan atau hukuman.
b. Pengikutan dan ketaatan
Sebagai
langkah penerpan dan praktik atas peraturan – peraturan yang mengatur prilaku
individunya. Hal ini sebagai kelanjutan dai adanya kesadaran diri yang
dihasilkan oleh kemampuan dan kemauan diri yang kuat
c. Alat pendidikan
Untuk
mempengaruhi, mengubah, membina dan membentuk prilaku yang sesuai dengan nilai
– nilai yang ditentukan dan diajarkan.
d. Hukuman
Sesorang
yang taat pada aturan cenderung disebabkan karena dua hal, yang pertama karena
adanya kesadaran diri, kemudian yang edua karena adanya hukuman. Hkuman akan
menyadarkann mengoreksi dan meluruskan yang salah sehingga orang kembali pada
perilaku yang sesuai dengan harapan.
Lebih
lanjut tu’u (2004:49-50) menambahkan
masih ada factor – factor lain yang
berpengaruh dalam pembentukan disiplin yaitu :
a. Teladan
Teladan adalah contoh yang baik yang
seharusnya dtiru oleh orang lain. Dalam hal ini siswa lebih mudah meniru apa
yang mereka lihat sebagai teladan ( orang yang dianggap baik dan patut ditiru )
daripada dengan apa yang mereka dengar. Karena itu contoh dan teladan
disiplindari atasan, kepala sekolah dan guru –guru serta penata usaha sangat
berpengaruh terhadap disiplin para siswa.
b. Lingkungan disiplin
Lingkungan
berdisiplin kuat pengaruhnya dalam pembentukan disiplin dibandingkan dengan
lingkungan yang belum menerapkan disiplin. Bila berada dilingkungan yang
berdisiplin, seseorang akan terbawa oleh lingkungan tersebut.
c. Latihan berdisiplin
Disiplin
dapat tercapaidan dibentuk melalui latihan dan kebiasaan. Artinya melakukan
disiplin secara berulang ulang dan membiasakannya dalam praktik disiplin sehari
– hari.
B. Tindakan Tegas dalam
Pelayanan
1.
Pengertian
Tindakan
Tindakan adalah mekanisme dari suatu
pengamatan yang muncul dari persepsi sehingga ada respon untuk mewujudkan suatu
tindakan. Tindakan mempunyai beberapa tingkatan (Notoatmodjo Soekidjo 2007) :
a. Persepsi
(perception) yaitu mengenal dan memilih berbagai objek yang akan dilakukan.
b. Respon
terpimpin yaitu melakukan segala sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.
c. Mekanisme
yaitu melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis
d. Adaptasi
yaitu suatu praktek atau tindakan yang yang sudah berkembang dan dilakukan dengan
baik.
Perlu diketahui tindakan merupakan suatu perubahan yang arah
tujuannya mengarah ke sikap yang positif untuk menjadi lebih baik dalam
kehidupan sekarang dan kedepannya. Ketegasan tidak identik dengan kekerasan.
Ketegasan berarti sikap dan tindakan yang menerapkan kedisiplinan, dengan
menegakkan aturan yang berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan anak itu
sendiri. Tentu saja ketegasan itu harus proporsional, harus disesuaikan dengan
tingkat usia dan perkembangan pemahamannya.
Umumnya, anak-anak lebih banyak melakukan peniruan terhadap
sikap dan perilaku orang-orang terdekatnya dan lingkungannya, serta lebih
melihat kenyataan yang dilihatnya daripada memahami penjelasan yang
mempengaruhi logikanya. Karena itu, setiap tindakan, ucapan dan sikap kita
harus benar-benar menjadi teladannya.
Tindakan tegas guru pembimbing dalam pelayanannya di sekolah
untuk membentuk pribadi anak didik yang mempunyai disiplin yang tinggi dan
baik, tentu sangat diperlukan dalam praktik pelayanan bimbingan dan konseling
di sekolah, namun peran orang tua juga dibutuhkan untuk membantu optimalnya
pelaksanaan BK (bimbingan dan konseling) di sekolah.
Dalam sosiologi,
tindakan diartikan sebagai tindakan social yang merupakan sebuah tindakan
terhadap individu/kelompok sehingga dapat mempengaruhi individu tersebut dan
individu lainnya untuk mencapai tujuan subjektif. Segala tindakan yang
dilakukan seseorang terhadap orang lain dapat dikatakan tindakan sosial.
Misalnya membagi makanan dengan teman. Teori tentang tindakan sosial pertama
kali dikemukakan oleh Max Weber. Berikut adalah beberapa pengertian tindakan
sosial menurut para ahli (http://id.wikipedia.org/wiki/) ::
a. Menurut
Max Weber, tindakan sosial adalah tindakan manusia yang dapat memengaruhi
individu-individu lainnya dalam masyarakat.
- Menurut
Karl Marx, tindakan sosial adalah aktivitas manusia yang berusaha
menghasilkan barang atau mencoba sesuatu yang unik untuk mengejar tujuan
tertentu.
Dalam hal ini tindakan social tidak
hanya suatu perilaku social yang dilakukan oleh orang-orang tertentu, tetapi
juga berkaitan dengan tindakan tegas kita sebagai guru pembimbing di sekolah,
disini penulis ingin menekankan bahwa tindakan tegas bukanlah suatu hal yang
ditakuti banyak siswa di sekolah, melainkan suatu perilaku social yang akan
membantu merubah titik negative seorang anak didik yang membutuhkan bantuan
atau mengalami masalah menuju titik positif yang dapat berkembang secara
optimal menjadi apa yang diharapkan.
2. Tindakan Tegas yang Mendidik
Pelanggaran dan kesalahan yang
dilakukan peserta didik tidak selayaknya diabaikan atau dibiarkan, melainkan
diperhatikan dan ditangani atau diberikan tindakan tegas secara proporsional.
Menurut Thomas Amstrong (2003:160) yang perlu dilakukan adalah menyesuaikan
tindakan terhadap kondisi yang berbeda dari setiap siswa. Untuk menyesuaikan
diri itu ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk menangani perilaku
siswa yaitu: (a) bicara kepada siswa, (b) memberikan contoh atau teladan bagi
siswa, (c) sediakan konseling pribadi, (d) buat konseling bersama teman-teman
sebaya, dan (e) kembangkan kontak pribadi guru dengan siswa (Thomas Amstrong
(2003:161).
Pendidikan harus dipahami sebagai bagian dari proses
pembudayaan subjek didik sehingga bukan hanya pengalihan dan penguasaan ilmu
pengetahuan serta pelatihan serta penguasaan keterampilan - keterampilan teknis
tertentu, namun juga perlu dipahami sebagai penumbuhan dan pengembangan subjek
didik menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab.
Dalam hal ini, guru BK memiliki peranan khusus di sekolah
terhadap siswa asuhnya adalah sebagai sahabat, sumber informasi, sumber
inspirasi, sumber pembentukan pribadi dan sumber pengentasan masalah.
Keberhasilan siswa ditentukan dari kedisiplinan dalam belajar, untuk mencapai
semua itu sekolah
mengeluarkan
peraturan atau tata tertib yang akan dipatuhi siswa di sekolah.
Prayitno (2000:117) menyatakan bahwa dalam menciptakan
disiplin di sekolah atau kelas yang baik, peranan guru sangat penting, karena
guru dapat menjadi model. Untuk membuat siswa mempunyai disiplin yang tinggi,
maka
guru
harus mampu menjadi contoh atau menjadi panutan bagi siswa-siswinya.
Peraturan sekolah hendaknya bermanfaat bagi siswa dan
membantu siswa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk
dilakukan, serta menumbuhkan kesadaraan untuk menaati peraturan sekolah.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa diduga karena pandangan siswa yang
salah selama ini menganggap melaksanakan peraturan sekolah tidak ada manfaatnya
dan peraturan hanyalah peraturan yang dibuat untuk dilanggar sehingga siswa
tidak mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Salah satu yang dapat dilakukan
oleh guru BK adalah tindakan tegas mendidik.
Menurut Prayitno (2008:53), tindakan tegas yang mendidik
adalah upaya pendidik untuk mengubah tingkah laku peserta didik yang kurang
dikehendaki melalui penyadaran peserta didik atas kekeliruan dengan tetap
menjunjung tinggi harkat martabat manusia dan hubungan baik antara pendidik
dengan peserta didik melalui pernyataan ini lima hal yang menjadi pegangan
dalam melaksanakan tindakan tegas mendidik yaitu :
1.
Peserta didik menyadari akan kesalahan
2.
Penghormatan terhadap hak, nilai-nilai dan prospek positif peserta didik
tetap terjaga
3.
Kasih sayang dan kelembutan tetap terpelihara
4.
Hubungan harmonis tetap dipertahankan, bahkan lebih dikembangkan
5.
Komitmen positif peserta didik ditumbuhkan
Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa hendaknya guru BK
membantu siswa dalam menyadari akan kesalahannya, tetap menjaga hubungan yang
baik dengan kasih sayang, kelembutan dan membantu siswa untuk berkomitmen
dengan baik, bukan dengan hukuman, celaan, sindiran dan lain-lain mengakibatkan
hubungan yang kurang harmonis antara guru pembimbingan dan siswa.
Selain itu tindakan tegas terhadap siswa yang melakukan
pelanggaran atau kesalahan, perlu dilaksanakan dengan pendekatan yang bermuatan
pendidikan agar dapat mendorong si pelanggar untuk menyadari kesalahannya dan
memiliki komitmen untuk memperbaiki diri sehingga pelanggaran atau kesalahan
itu tidak terulang lagi.
Penggunaan tindakan tegas yang mendidik terhadap siswa, akan
tetap menyuburkan kasih sayang, dapat menyadarkan siswa akan kesalahannya,
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan siswa, dan mampu membentuk budi
pekerti yang baik pada siswa, serta tetap menghargai dan menghormati guru,
sehingga kewibawaan guru tetap terpelihara.
C.
Konsep dan Peran Guru Pembimbing
1.
Pengertian Guru Pembimbing
Dalam undang-undang No.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen yang terdapat dalam bab 1 pasal 1 bahwa :
guru adalah pendidik professional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
meberikan, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
Guru menurut Syafrul Bahri Djamarah (2005) adalah
semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun di luar
sekolah.
Guru sebagai pendidik tugasnya adalah mengajar,
melatih, dan memberikan bimbingan penguasaan nilai, disiplin diri, perencanaan
masa depan, membantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya karena sedemikian
besarnya tuntutan kehidupan dan maslah yang dihadapi.
Guru pembimbing atau konselor dituntut untuk
menguasai prangkat kompetensi, siakp dan system nilai, ciri-ciri kepribadian
tertentu yang harus diinternalisasi sebagai keutuhan dan secra konsisten
menyatakan dalam cara berpikir dan bertindak yang akan menjadi instrument untuk
mempengaruhi perkembangan peserta didik.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dipahami bahwa
guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan
materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus
ikut akfit dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak
didiknya untuk menjadi anggota masyarakat sebagai orang dewasa. Dan dari keterang
diatas dapat disimpulkan bahwa guru bimbingan konseling adalah orang yang
bekerja dibidang pendidikan dan pengajar juga merupakan seorang pendidik yang
professional yang ikut bertanggung jawab memberi bantuan/pertolongan yang
diberikan kepada individu (siswa) atau sekumpulan individu yang mempunyai
maslah=maslah untuk diselesaikan dengan baik dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan dalam kehidupannya agar individu dapat mencapai kesejahteraan hidup.
2.
Tugas dan Tanggung Jawab Guru Pembimbing
Dalam melaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan
konseling yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, guru bimbingan konseling
(konselor) menjadi pelayan bagi pencapaian tujuan pendidikan secra menyeluruh
khusunya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembngan
masing-asing peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat,
dan kepribadian peserta didik di sekolah.
Dewa ketut sukardi (2001), menyatakan secara khusus
konselor sekolah mempunyai tugas-tugas berikut :
1. Bertanggung jawab tentang keseluruhan
pelaksanaan layannan konseling di sekolah.
2. Mengumplkan, menyususn, mengolah, serta
menafsrikan data yang kemudian dapat dipergunakan oleh semua staf bimbingan di
sekolah.
3. Memilih dan mempergunakan berbgaai
instrument test psikologis untuk memperoleh berbagai informasi mengenai bakat
khusus, minat, kepribadian, dan intelegensinya untuk masing-masing siswa.
4. Melaksnaakan bimbingan kelompok maupun
bimbingan individual (wawancara konseling)
5. Membantu petugas bimbingan untuk
mengumpulkan, menyususn, dan mempergunakan informasi tentang berbagai
permasalahn peserta didik, yang dibutuhkan oleg guru bidang studi dalam proses
belajar mengjar.
6. Melayani orang tua/wali murid ingin
mengadakan konsultasi tentang anak-anaknya.
Adapun menurut H.M Umar dan Sartono (2001:42),
tanggung jawab seorang konselor atau guru bimbingan dan konseling di sekolah
ialah membantu kepala sekolh beserta stafnya dalam menyelenggarakan
kesejahteraan sekolah (schoolwelfare). Sehubungan dengan fungsi ini, seorang
pembimbing mempunyai tanggung jawab tertentu, yaitu sebagai berikut :
1. Tanggung jawab konselor kepada siswa
a. Memperhatikan kebutuhan siswa dan
mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi siswa
b. Menjaga keberhasilan data tentang siswa
c. Menyelenggarakan pengungkapan data dan
memberi tahu siswa tentang hasil kegiatan.
d. Menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling
e. Melakukan referral kasus dan meberi tahu
siswa tentang tujuan, aturan atau prosedur dan teknik layanan bimbingan dan
konseling.
2. Tanggung jawab kepada orang tua
a. Menghormati hak dan tanggung jawab
orangtua terhadap anaknya dan membangun hubungan dengan orangtua demi
perkembangan iswa.
b. Memberi tahu orang tua tentang peran
konselor denagn asas kerahasiaaanyang djaga secara utuh
c. Menyediakan dan menyampaikan untuk
orangtua berbagai informasi yang berguna untuk kepentingan perkembangan iswa
d. Menyampaikan informasi (tntang siswa dan
orang tua) hanya pada pihak yang memerlukan tanpa merugikan siswa dan
orangtuanya.
e. Menyampaikan informasi kepada
pihak-pihak yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugikan siswa dan
orangtuanya.
3. Tanggung jawab kepada sejawat
a. Memperlakukan sejawat dengan penuh
kehormatan , keadilan dan kesetiakawanan
b. Mengembangkan kerja sama dengan maksimum
c. Membantu proses alih tangan kasus
4. Tanggung jawab kepada sekolah dan
masyarakat
a. Mengembangkan dan meningkatkan peran dan
fungsi bimbingan dan konseling
b. Bekerja sama dengan lembaga
organisasidan perorangan baik di sekolah maupun di masyrakat demi kebutuhan
siswa.
5. Tanggung jawab kepada profesi
a. Berpartisipsi secara aktif dalam
kegiatan organisasi professional bimbimnagn dan konseling baik di tempat ia
bekerja maupun di lingkungan nasional
b. Menjalankan dan mempertahankan standar
profesi bimbingan dan konseling.
D. Tindakan
Guru Pembimbing dalam Proses Pendidikan
Tindakan
guru pembimbing dalam menangani kedisipinan siswa pada kegiatan belajar
sehari-hari di sekolah tidaklah mudah. Hal ini dtandai dengam berbagai
indicator yang muncul seperti sebagai berikut :
1.
Permasalahan Disiplin Siswa
Saat ini
kita sering menjumpai siswa yang selalu terlambat datang kesekolah, siswa yang
malas dalam membuat tugas dan PR nya, siswa yang selalu menyontek tugas
temannya, siswa yang membuang-buang waktu dengan game dan internetan, siswa
yang berpakaian tidak sesuai aturan, siswa yang selalu menunda-nunda waktu
ibadahnya, siswa yang bertawuran antar sekolah. Permasalahan-permasalahan
tersebut tidak hanya sering dijumpai tetapi seperti sudah mendarah daging pada
setiap individu. Kebiasaan-kebiasaan tersebut juga merambah kepada karakter
siswa yang buruk. Karakter siswa yang buruk tersebut dapat memperlihatkan
betapa buruknya suatu masyarakat. Menurut Akh. Muwafik (2011:1) Karakter memberikan
gambaran tentang suatu bangsa, sebagai penanda, penciri sekaligus pembeda suatu
bangsa dengan bangsa lainnya. Kurangnya kebiasaan disiplin pada siswa tentunya
akan berdampak pada masa depannya nanti. Bagaimana keadaan bangsa jika siswa
tidak memulai untuk membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya sehari-hari.
2.
Faktor-faktor Penyebab Permasalahan
Disiplin pada Siswa
Setiap
permasalahan yang terjadi pada siswa tidak hanya terjadi begitu saja dan tanpa
disadari oleh siswa. Setiap aktivitas yang dilakukan siswa sangat dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal.
Menurut
Acink (2011) ada beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan disiplin pada
siswa, yaitu:
a. Dari Segi
Siswa
Perilaku manusia pada umumnya
disebabkan karena adanya dorongan dari dalam diri siswa yang perlu dipenuhi
yang akan menimbulkan rasa puas dalam diri orang begitu juga halnya siswa.
Menurut
Maslow (dalam Acink, 2011) ada lima tingkatan kebutuhan manusia, yaitu:
1) Kebutuhan
fisiologis yang bersifat jasmaniah seperti kebutuhan makan minum,
istirahat, pakaian ,perumahan dsb.
2) Kebutuhan
akan rasa aman, yaitu kebutuhan rasa aman dari sakit atau bahaya.
3) Kebutuhan akan
kasih sayang atau cinta, yaitu kebutuhan anda dibutuhkan atau
disayangi.
4) Kebutuhan akan
harga diri, yaitu kebutuhan untuk merasa sanggup atau mampu dan
diakui orang atau merasa diri berguna.
5) Kebutuhan mengembangkan diri, yaitu
kebutuhan untuk mengembangkan semua potensi yang ada dalm diri sendiri.
Kebutuhan tersebut biasanya tidak sekaligus
muncul semuanya tetapi tergantung pada kebutuhan yang dominan
yang dirasakan.
Apabila
kebutuhan tersebut telah dipenuhi maka perilaku untuk memenuhinya akan
melemah dan begitulah untuk masing-masing kebutuhan. Sebaliknya
apabila kebutuhan pokok anak tidak terpenuhi akan
terjadi masalah-masalah tingkah laku yang akan
mengganggu kedisiplinan siswa.
Menurut Schaefer (dalam Acink, 2011) menyatakan bahwa tingkah laku anak yang salah
disebabkan oleh motif, mencari perhatian, pemuasan secepatnya
dorongan-dorongan dan kehendak, keinginan mengepalai, atau menguasai orang
lain, pembalasan terhadap kesalahan yang lalu, patah semangat
atau rendahnya harga diri dan masih banyak lagi bentuk tingkah laku lain
. Misalnya adanya anak yang suka mengadu pada guru, suka mengganggu
teman-temannya sedang bekerja , suka bercerita pada teman sedang guru
menerangkan pelajaran, suka membadut yang akan menarik perhatian
teman-temannya dsb.
b. Dari Segi Guru
Secara
garis besarnya masalah disiplin yang bersumber dari guru dapat
dilihat dari segi sifat dan sikap guru, komunikasi guru, pengawasan dan
kemampuan profesional guru. Berikut ini akan kita lihat satu persatu dari
faktor tersebut.
1) Faktor Sifat dan Sikap Guru
Guru merupakan orang yang terdekat bagi siswa
di sekolah, dan karena itu sifat dan sikap guru berdampak langsung pada
prilaku siswa. Pernahkah Anda melihat seorang guru yang
bersikap otoriter pada siswa atau yang suka memaksakan kehendaknya
, tanpa meperhatikan keadaan siswanya? Apa respon siswa terhadap
sikap guru tersebut? Menurut Maman (dalam Acink, 2011) sikap guru
tersebut dapat menjadikan siswa pura-pura patuh, apatis, dan
agresif. Apabila keadaan ini terjadi dapat kita
bayangkan siswa tidak patuh lagi pada guru, tidak mau tahu
saja dan siswa yang mempunyai sifat berani tentu akan memprotes
atau melawan pada guru. Jadi sikap guru yang otoriter tersebut
akan mengganggu disiplin siswa. Selanjutnya menurut Maman (dalam Acink, 2011) sikap
guru yang terlalu mementingkan mata pelajaran daripada siswa sendiri juga
dapat merupakan penyebab gangguan disiplin siswa.
2) Faktor Komunikasi Guru
Dalam proses belajar mengajar
faktor komunikasi mempunyai peranan penting dalam menentukan
efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu guru hendaklah mempunyai
kemampuan berkomunikasi yang baik agar dapat mengajar secara
efektif. Apabila kemampuan berkomunikasi guru kurang baik, akan dapat
menimbulkan gangguan disiplin siswa. Diantara faktor komunikasi ini yang
mempengaruhi disiplin kelas adalah kejelasan pengucapan
kata-kata, kecepatan berbicara, nada suara dan ketepatan
penggunaan bahasa dengan latar belakang siswa.
3) Faktor kemampuan professional
Ketertiban dalam kelas juga ada
kaitannya dengan kemampuan profesional guru itU sendiri. Misalnya
guru yang tidak mampu menvariasikan metoda mengajarnya akan dapat menjadikan
siswa bosan belajar dan kurang perhatiannya terhadap pelajaran dan
kelas akan menjadi ribut. Begitu juga halnya dengan guru yang kurang
pandai mempertimbangkan tugas-tugas yang diberikan kepada siswa .
Kalau guru terlalu berat memberi tugas dan tidak sesuai
dengan kemampuan siswa, siswa akan mengeluh dan mungkin juga tidak mengerjakannya karena tidak
mampu melakukannya. Hal ini dapat berdampak kepada kepatuhan
siswa pada guru.
c. Dari Segi Lingkungan
Lingkungan yang dimaksudkan disini
adalah lingkungan kelas, sekolah, keluarga dan masyarakat baik fisik
maupun sosial. Lingkungan ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan
dapat menimbulkan gangguan disiplin siswa.
1)
Lingkungan kelas
Diantara lingkungan kelas yang dapat
menimbulkan gangguan disiplin adalah kurang lengkapnya sarana dan
prasarana , kepadatan ruangan kelas, dan sirkulasi udara. Menurut Emmer (dalam Acink, 2011 )
kepadatan ruangan kelas akan dapat menghalangi anak bergerak bebas
dan juga dapat menimbulkan gangguan disiplin siswa.
2) Lingkungan Sekolah
Lingkungan
sekolah yang dapat menimbulkan gangguan antara lain adalah
batas kelas yang kurang kedap suara, tempat olahraga yang dekat dengan kelas,
sistem aturan dan
hubungan interpersonal. Menurut Jones & Jones (dalam Acink, 2011) sistem aturan
sekolah yang terlalu mengikat dan kurang mngikut sertakan siswa dalam
penentuannya akan dapat menimbulkan gangguan disiplin karena
akan sering dilanggar siswa. Faktor lain yang juga dapat menimbulkan gangguan
disiplin menurut Jones & Jones (dalam Acink, 2011) adalah
hubungan interpersonal di sekolah. Kadang-kadang disuatu sekolah
hubungan sesama guru dan hubungan guru dengan siswa kurang baik, begitu juga
halnya dengan hubungan siswa sesama siswa. Faktor kekurang cermatan
sekolah mengatur jadwal dapat juga menimbulkan ganguan disiplin.
3) Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Perilaku siswa menurut teori
Konvergensi terbentuk karena bawaan dari lahir dan pengaruh
lingkungan. Lingkungan yang terdekat dari siswa adalah keluarga
atau rumah tangga. Apabila rumah tangga kurang menanamkan sikap
disiplin di rumah akan terbawa dalam kelas sehingga akan mudah
muncul perilaku yang
kurang disiplin tersebut.
Hal yang
menyebabkan kurang disiplin anak di rumah tangga
disebabkan berbagai hal, antara lain karena terlalu
dimanjakan, sehingga tidak terbiasa mematuhi aturan-aturan yang
seharusnya dipatuhi anak. Faktor lain yang dapat
menyebabkan anak kurang disiplin adalah faktor kesibukan orang tua
di luar rumah sehingga tidak mempunyai waktu membina dan
memperhatikan disiplin anaknya
Menurut Jones & Jones (dalam Acink, 2011) keadaan
orang tua yang stress dan orang tuanya yang tinggal satu dapat
menyebabkan gangguan disiplin. Misalnya apabila orangtua siswa hanya satu
dan keadaan ekonomi mereka kurang, anak akan terpaksa melakukan tugas-tugas rumah tangga karena orang
tuanya harus bekerja mencari nafkah. Lain halnya dengan orangtua yang
stress dimana dalam situasi yang terganggu emosionalnya. Hal ini dapat
mengakibatkan anak merasa kurang nyaman berada di lingkungan rumah sehinggan
muncullah perilaku yang tidak stabil.
Oleh
karena itu permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siswa saat ini sangat
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternalnya.
3. Guru
Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling atau guru pembimbing merupakan
guru yang sangat memiliki peran penting dalam sebuah sekolah. Guru ini
merupakan seorang yang ahli serta professional dalam hal pendidikan, karena
guru tersebut akan mendidik, mengajar, serta melatih anak didik. Untuk
memperoleh gelar ahli dan professional tersebut, guru tersebut haruslah
menjalani pendidikan terlebih dahulu dan mendapatkan gelar sarjana baik sarjana
strata satu ataupun strata dua.
Guru
pembimbing ini harus memiliki kemampuan untuk membantu, dan membimbing para
siswanya dalam memahami dirinya sendiri, serta mengenal potensi, bakat, dan
minat serta kelemahan yang berguna untuk menentukan karir di masa depan. Selain
itu membantu dalam mengatasi segala kesulitan-kesulitan yang menghambat proses
belajar mengajarnya.
Menurut
Thantawy R (dalam Mutia, 2012)
menyatakan bahwa “Guru bimbingan dan konseling adalah tenaga yang telah
terdidik secara formal dalam bidang konseling pada tingkat universitas dan
mempunyai kemampuan untuk membantu konseli atau klien dalam memecahkan
masalahnya melalui proses konseling”.
Sedangkan Menurut Ws. Winkel (dalam Mutia, 2012) menjelaskan
lebih spesifik yaitu:
Konselor sekolah (school counseler) adalah seorang tenaga
profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi yang
mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan menjadi professional atau jabatan
seumur hidup. Tenaga ini memberikan layanan bimbingan kepada para siswa dan
menjadi konsultan staf sekolah dan orang tua
Selain itu
Menurut Mutia (2012) guru bimbingan konseling merupakan tenaga ahli yang
menempuh jalur pendidikan khusus sebagai konselor sekolah yang bertugas menjadi
staf sekolah dalam membantu memecahkan masalah – masalah yang dialami siswa.
Dari
definisi diatas jelas bahwa guru bimbingan dan konseling memiliki tugas dan
tanggung jawab yang sangat berat. Karena itu guru bimbingan dan konseling harus
mengenal individu yang unik satu persatu sebelum melakukan tindakan tegas
karena memiliki tingkah laku, pola sikap dan pola pikir serta potensi yang
berbeda.
E.
Pembentukan Disiplin Diri Anak (Siswa)
Seperti telah kita ketahui, siswa adalah generasi penerus bangsa, dan
karakter siswa sangat ditentukan untuk menentukan karakter bangsa. Peran guru
bimbingan konseling sangat penting dalam membentuk karakter siswa karena itu
merupakan tanggung jawab setiap pendidik. Salah satu dalam membentuk karakter
siswa adalah dengan membiasakan disiplin. Oleh karena itu disiplin sangat
penting dalam membentuk karakter siswa agar bangsa ini memiliki karakter yang
baik.
Menurut
Akh. Muwafik (2011:297) yang menjelaskan tentang disiplin yaitu:
Disiplin merupakan suatu siklus
kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus-menerus secara
berkesinambungan sehingga menjadi suatu hal yang biasa kita lakukan. Disiplin
dalam melakukan suatu tindakan yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan
akan menjadi suatu kebiasaan yang mengarah pada tercapainya keunggulan.
Keunggulan membuat kita memiliki kelebihan yang dapat kita gunakan untuk meraih
tujuan hidup yang menentukan masa depan kita
Dalam hal ini guru bimbingan
konseling sebagai pendidik yang memiliki tanggung jawab dalam mencegah, dan
mengatasi permasalahan siswa sangat berperan dalam membiasakan disiplin.
Terlebih
dahulu Akh. Mawafik (2011:12) mengemukakan metode dari pendidik dalam
membiasakan disiplin untuk membangun karakter tersebut yaitu melalui
keteladanan yang menyatakan:
Keteladanan memberikan gambaran
secara nyata bagaimana seseorang harus bertindak. Keteladanan berarti kesediaan
setiap orang untuk menjadi contoh dan miniature yang sesungguhnya dari sebuah
perilaku. Keteladanan harus dimulai dari diri sendiri. Di dalam Islam,
keteladanan bukanlah hanya semata persoalan mempengaruhi orang lain dengan
tindakan, melainkan sebuah keharusan untuk melakukan tindakan itu yang
berhubungan langsung secara spiritual dengan Allah SWT
Dari
penjelasan tersebut sebagai seorang guru maka tampakkanlah kebaikan sikap itu
kepada anak didik, bukan dengan kata-kata anda. Mulailah dengan
tindakan-tindakan keteladanan itu dari hal-hal yang mugkin terkesan sepele,
remeh, dan kecil. Karena tindakan-tindakan kecil akan membentuk sebuah puzzle
tindakan yang tersusun dengan rapi dalam memori bawah sadar guru dan siswa.
Selain
itu Akh. Muwafik (2011:17) juga menjelaskan dalam membiasakan disiplin tersebut
dapat dengan membangun karakter dengan cara membangun kesepakatan nilai
keunggulan.
Baik secara pribadi atau kelembagaan
menetapkan sebuah komitmen bersama untuk membangun nilai-nilai positif yang
akan menjadi budaya sikap atau budaya kerja yang akan ditampilkan dan menjadi
karakter bersama. Hal ini haruslah menjadi kesepakatan bersama.
Dari
penjelasan tersebut seorang pendidik haruslah mulai memperbaiki sistem yang
selama ini kurang sukses dalam membiasakan disiplin terhadap siswa.
Dalam membiasakan disiplin tersebut, guru bimbingan
konseling harus memiliki strategi-strategi agar siswa dapat membiasakan
kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya sebagai siswa. Untuk membiasakan
disiplin tersebut, guru bimbingan konseling dapat menggunakan strategi
pengelolaan diri. Strategi Pengelolaan Diri adalah suatu proses dimana konseli
mengarahkan perubahan tingkah laku mereka sendiri, dengan menggunakan satu
strategi atau kombinasi strategi (Ridwan, 2012).
Menurut
Cormier (dalam Ridwan, 2012), bentuk latihan strategi Pengelolaan Diri ada tiga
antara lain:
a. Pemantauan Diri
Pemantauan diri adalah proses dimana
konseli mengobservasi dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan
interaksinya dengan situasi lingkungan. Thoersen dan Mahoney (dalam Ridwan,
2012) memberi langkah-langkah dalam pemantauan diri yaitu rasional strategi,
memilih respon, memetakan respon, memepertunjukkan data, dan
mengaplikasikannya.
b. Pengendalian Rangsangan
Penggunaan pengendalian rangsangan
yaitu dapat digunakan untuk mengurangi perilaku-perilaku yang tidak diinginkan
dan dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan.
c. Penghargaan diri
Menurut Cormier (dalam Ridwan,
2012), prosedur penghargaan diri digunakan untuk membantu klien mengatur dan
menguatkan tingkah laku mereka sesuai konsekuensi yang telah ditetapkan. Sebelum
melakukan strategi tersebut, sebaiknya guru bimbingan konseling harus
mengetahui siapa saja peserta didiknya, agar terjadi kedekatan psikologi antara
guru dan siswa, sehingga memudahkan pendidik dalam membiasakan disiplin
tersebut kepada siswanya.
S.
Nasution (dalam I Ktut, 2009:23) memerinci
hal-hal yang harus diketahui guru tentang diri siswanya yaitu:
a. Keterangan
pribadi anak, nama orang tua/wali,tanggal masuk
b. Kepandaian :
angka rapor,hasil-hasil tes dan tingkat kelas
c. Kesehatan”penyakit-penyakit,cacat
badan dan kebiasaan hidup, serta perkembangan berat badan, tinggi badan dan
sebagainya
d. Keadaan rumah ,
pekerjaan ibu, bapak, pendidikan orang tua, agama orang tua, suasana rumah dan
sebagainya
e. Riwayat sekolah:
kerajinan bersekolah, kemangkiran, hukuman yang diperoleh, hadiah dan pujian
f.
Kesanggupan siswa istimewa, hobi
g. Sifat-sifat
pribadi ( watak ), suka bergaul, pendiam, jujur dan sebagainya
h. Cita cita untuk
kemudian hari
Setelah guru memberikan keteladanan, membangun
kesepakatan nilai unggul, dan melakukan strategi pengelolaan diri serta
mengetahui siapa saja siswanya maka guru akan lebih mudah untuk mengajak
siswanya untuk membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan guru bimbingan konseling yaitu:
a. Berikan layanan
orientasi kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada di lingkungan sekolah
agar siswa mengetahui apa saja aturan yang harus ditaati dan apa yang tidak
boleh diperbuat sebagi seorang siswa sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.
b. Berikan layanan
informasi kepada siswa tentang perlunya disiplin dalam setiap aktivitasnya dan
apa saja dampak negatif dari dirinya jika siswa tersebut tidak disiplin.
c. Berikan layanan
penguasaan konten kepada siswa mengenai cara-cara agar selalu disiplin dalam
setiap aktivitasnya.
d. Berikan layanan
konseling kelompok kepada siswa mengenai masalah-masalah dalam membiasakan
disiplin dalam beraktivitas sehingga guru pembimbing dapat memberikan cara-cara
agar selalu membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
e. Berikan layanan
bimbingan kelompok kepada siswa yang membahas tentang ciri-ciri siswa yang
tidak membiasakan disiplin dalam setiap aktivitasnya.
f. Berikan
layanan konseling perorangan kepada siswa yang tidak pernah membiasakan
disiplin dalam setiap aktivitasnya.
g. Berikan layanan
penempatan dan penyaluran sebagai seorang siswa yang memiliki tanggung jawab
dan tugas sebagai siswa.
h. Berikan layanan
mediasi antara siswa dan orangtuanya, agar orangtua juga dapat membantu guru
pembimbing untuk membiasakan disiplin dalam setiap aktivitas siswa. Karena
orangtua adalah pendidik yang sangat dekat dan lebih mengetahui karakter
anaknya.
i.
Berikan instrumentasi non tes berupa angket yang berkaitan tentang disiplin
siswa, sehingga konselor mengetahui siapa saja siswanya yang mengalami
permasalahan dalam kedisiplinan.
Namun, upaya tersebut tidak hanya sampai disitu saja,
dalam membiasakan disiplin tersebut guru pembimbing juga harus mampu menerapkan
sanksi yang berupa sanksi berjenjang, dimana sanksi tersebut memiliki
point-point yang jika dilanggar siswa tersebut akan mendapatkan sanksi.
Untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik
maka, dalam menerapkan disiplin dan tanggung jawab siswa, perlu diterapkan
sanksi berjenjang bagi siswa yang melanggar (I Ktut, 2009:32).
Tingkatan sanksi yang akan diterapkan bagi siswa yang
melanggar sanksi yang mendidik, yaitu:
a. Sanksi berupa
teguran atau peringatan.
b. Sanksi berdiri
di depan kelas sambil membaca.
c. Sanksi
membersihkan halaman sekolah
d. Sanksi membersihkan
wc dan kamar mandi
e. Sanksi fisik
jongkok bangun didepan kelas dengan hitungan sendiri
f. Sanksi
fisik Berlari dihalaman sekolah
g. Sanksi
pemanggilan siswa oleh kepala sekolah
h. Sanksi
pemanggilan orang tua siswa
Dari uraian diatas, upaya guru bimbingan dan konseling
membiasakan siswa disiplin dalam beraktivitas dimulai dengan memberikan
keteladanan, dan membangun kesepakatan nilai keunggulan untuk membentuk
karakter siswa tersebut. Selanjutnya menggunakan strategi pengelolaan diri, dan
jenis layanan konseling serta kegiatan pendukung. Selain itu sanksi berjenjang
juga perlu diterapkan untuk membiasakan disiplin siswa dalam
beraktivitas.
F.
Guru, Peserta Didik dan Disiplin di
Sekolah
Pendidikan karakter dan budaya
bangsa adalah usaha bersama warga sekolah yakni guru, peserta didik dan tenaga
kependidikan lainya. Kerjasama ini dilakukan melalui semua mata pelajaran dan
menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari budaya yang terbangun di
sekolah. .
Di lingkungan internal sekolahpun
pelanggaran terhadap berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering
ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan
pelanggaran tingkat tinggi seperti: kasus bolos, perkelahian, nyontek,
perampasan, pencurian dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya. Tentu
saja, semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulangganya, dan di
sinilah arti penting disiplin sekolah.
Perilaku siswa terbentuk dan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan
sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor
dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Ada beberapa
pengelompokan penyebab perilaku siswa yang indisiplin, Brown dan Brown (dalam
Dini: 2011) :
1. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2. Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh
sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan
lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang atau tidak disiplin.
3.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa, siswa yang berasal dari
keluarga
yang broken home.
4.
Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang
tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu
dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam
proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada
umumnya.
Pentingnya disiplin dalam proses pendidikan dan pembelajaran
berperan penting untuk kemajuan perkembangan peserta didik yang dilakukan oleh
seluruh guru di sekolah, terutama peran guru pembimbing, memperkuat pernyataan
diatas ada beberapa hal yamg harus ditumbuh kembangkan dalam diri peserta didik
(Brown
dan Brown (dalam Dini: 2011) :
1. Rasa hormat terhadap
otoritas/kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang
kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, misalnya kedudukannya sebagai
siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah.
2. Upaya
untuk menanamkan kerja sama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat
dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa
dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya.
3.
Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya
untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi.
4. Rasa hormat
terhadap orang lain; dengan ada dan dijunjung tingginya disiplin dalam proses
belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan
kewajibannya, serta akan menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang
lain.
5. Kebutuhan untuk
melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan
untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam
kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya.
6. Memperkenalkan
contoh perilaku disiplin; dengan memberikan contoh perilaku yang disiplin diharapkan
siswa dapat mengenalinya atau dapat membedakan mana perilaku disiplin dan yang
tidak disiplin.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis
penelitian ini bersifat deskriptif (kuantitatif) atau berupaya memberikan gambaran
lapangan sebagaimana adanya dengan menganalisis data-data lapangan. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan persentase, sehingga dapat diperoleh
informasi yang berguna bagi dunia pendidikan. (Sutja. A dkk (2014:86).
Sehubungan
pendapat diatas, maka suatu kondisi yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini
adalah sejauh mana tindakan tegas guru pembimbing dalam membina kedisiplinan
siswa di sekolah yang meliputi upaya, peningkatan dan tegasnya guru pembimbing
tersebut.
B.
Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah seluruh subjek penelitian yang memiliki kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan
(Arikunto, 2006). Sehubungan dengan pendapat diatas populasi merupakan lingkup,
wilayah, atau tempat keberadaan dari karakteristik subjek yang diteliti dan
yang akan disimpulkan nantinya, populasi biasanya tertera pada judul penelitian
(Sutja, dkk :2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah tindakan
tegas guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa, menurut tanggapan atau
penilaian siswa-siswi SMP Negeri 07 Kota Jambi. Anggota populasi adalah
keseluruhan siswa-siswi VIII SMP Negeri 07 Kota Jambi. Jumlah anggota populasi
adalah 342 orang yang terbagi atas 11 kelas. Seperti table dibawah ini :
Tabel 3.1 Populasi
Siswa-siswi SMP Negeri 07 Kota Jambi
No
|
Populasi
|
Jumlah
|
1
|
Kelas
VIII A
|
32
|
2
|
Kelas
VIII B
|
30
|
3
|
Kelas
VIII C
|
31
|
4
|
Kelas
VIII D
|
31
|
5
|
Kelas
VIII E
|
29
|
6
|
Kelas
VIII F
|
30
|
7
|
Kelas
VIII G
|
32
|
8
|
Kelas
VIII H
|
32
|
9
|
Kelas
VIII I
|
32
|
10
|
Kelas
VIII J
|
32
|
11
|
Kelas
VIII K
|
31
|
Jumlah Keseluruhan
|
342
|
2. Sampel
Sampel
adalah bagian dari populasi yang kan diteliti atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2014).
Sampel
adalah wakil representattif yang terpilih dari populasi untuk dijadikan sumber data atau responden.
Untuk menentukan jumlah sampel suatu penelitian, ada beberapa cara yang mungkin
dilakukan. Salah satunya adalah menghitung sampel dari jumlah populasi yang
diketahui menggunakan formula dari Slovin. Formula ini mengkaitkan jumlah
sampel dengan signifikansi yang ditetapkan peneliti (Sutja, dkk :2014).
Formulanya
adalah :
Ket : n =
Jumlah sampel repersentatif yang diperlukan
N = Jumlah populasi keseluruhan
e = Tingkat signifikansi (error)
yang ditetapkan peneliti
maka penentuan
sampelnya adalah sebagai berikut :
Jadi sampel dalam penelitian ini mendapatkan hasil
57 yang berarti sebaran sampel yang akan dilakukan peneliti berjumlah 57 orang.
C.
Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer
Menurut
Sutja A.dkk (2014:100) data primer adalah data yang diambil langsung oleh
peneliti dari sumbernya atau responden. Data diperoleh melalui pengamatan,
wawancara dengan responden menggunakan angket untuk mendapatkan informasi.
b. Data Sekunder
Data
sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumber datanya,
menggunakan orang lain sebagai responden atau mengambil data yang tersimpan
dalam bentuk dokumen (Sutja A,dkk, 2014:100)
Adapun
data sekunder dalam dalam penelitian ini adalah dokumen yang berupa jumlah
siswa dan data pendukung lainnya yang merupakan data penunjang yang diperoleh
dari SMP Negeri 07 Kota Jambi.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Alat
pengumpulan data adalah berupa angket yang dikembangkan berdasarkan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Pengembangan kisi-kisi angket
Pembuatan kisi-kisi angket adalah
cara menetapkan variable penelitian , indicator,dan merumuskan descriptor
berdasarkan indicator seperti table berikut
Tabel 3.2
Kisi-kisi Penelitian Tindakan Tegas Guru Pembimbing dalam Membina Kedisiplinan
Siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi
Variabel
|
Indicator
|
Descriptor
|
Item
|
Tindakan
tegas guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa
|
1. Memberikan
informasi dan contoh Teladan
|
1. Pemberitahuan
yang berkaitan dengan disiplin disekolah
2. Pemberitahuan
melalui kegiatan yang berkenaan dengan kedisiplinan
|
1 –
6
7
– 13
|
|
2. Mengelola
kegiatan yang mendisiplinkan
|
1. Kedisiplinan
secara berkelanjutan
2. Kegiatan
bimbingan yang sesuai dan bermanfaat
|
14
– 19
20
- 25
|
|
3. Bertindak
selaku penyebar kebijaksanaan
|
1. Memecahkan
kasus indisiplin disekolah
2. Bimbingan
yang memberikan kenyamanan
|
26
– 32
33
– 40
|
2. Penetapan option dan skala jawaban
Penetapan
option dan skala jawaban menggunakan skala jawaban yaitu YA dan TIDAK dengan
nilai point (0-1)
Keterangan
untuk pertanyaan negative yang menjawab YA diberi skor O dan yang menjawab
TIDAK diberi skor 1. Sedangkan untuk pertanyaan positif responden yang menjawab
YA diberi skor 1 dan yang menjawab tidak diberi skor 0.
3. Pengembangan angket
Sebelum
angket disebarkan pada sampel, terlebih dahulu diuji kelayakan dengan meminta
pertimbangan tim ahli (judgment) UPBK FKIP Universitas Jambi, yang selanjutnya
disahkan untuk menjadi angket penelitian.
E.
Teknik Analisis Data
Penelitian
ini memerlukan instrument yang digunakan untuk mengungkapkan keterangan atau
data yang diperlukan dengan tujuan penelitian ini, yaitu menganalisis jawaban
responden yang menjawab YA atau TIDAK, kemudian baru dianalisi dengan
menggunakan rumus persentase sebagaimana dikemukakan Sutja dkk (2010:100) dibawah
ini.
Ket:
P
: Persentase yang dicari
F
: jumlah responden yang menjawab
N
: Jumlah keseluruhan jawaban
Hasil
pengolahan data kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria proporsi jawaban
responden.
Menurut
Sutja (2014:131) Untuk menafirkan hasil dengan tafsiran di atas dengan cermat
dapat dilakukan melalui Kontinum Interval Normatif (KIN).
Adapun
langkah membuat KIN adalah dengan menetapkan banyaknya kelas interval,
mengitung panjang interval dengan rumus
Ket
: Pi : panjang interval yang dicari
Nt :
nilai paling tinggi
Nr
: nilai paling rendah
Ki
: kelas interval yang dibutuhkan
Berdasarkan hasil
pengolahan data diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 82.35% sedangkan nilai
jawaban responden terendah adalah 18.49%
Tabel 3.3 Penentuan kelas interval
No
|
Kualitas
|
Rentang
|
Batas
titik Interval Nt – ( pi – 1 )
|
Kelas
Interval
|
1
|
Sangat
Baik
|
15
|
100 – ( 15 – 1 ) = 86
|
86 - 100
|
2
|
Baik
|
15
|
85 – ( 15 - 1 ) = 71
|
71 – 85
|
3
|
Sedang
|
15
|
70 – ( 15 – 1 ) = 56
|
56 – 70
|
4
|
Kurang
Baik
|
15
|
55 – ( 15 -1 ) = 41
|
41 – 55
|
5
|
Tidak
Baik
|
15
|
< 40
|
< 40
|
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi
Data
Uraian dibawah ini berisi tentang gambaran data
penelitian yang disebar melalui angket. Data diperoleh berdasarkan hasil
jawaban responden mengenai tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan
siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi.
Adapun distribusi data tergambar pada tabel berikut
:
Tabel 4.1
Deskripsi Data Jawaban Responden
No
Item
|
Jawaban
Responden
|
No
Item
|
Jawaban
Responden
|
||
Ya
|
Tidak
|
Ya
|
Tidak
|
||
1
|
47
|
10
|
21
|
49
|
8
|
2
|
55
|
2
|
22
|
48
|
9
|
3
|
56
|
1
|
23
|
50
|
7
|
4
|
56
|
1
|
24
|
50
|
7
|
5
|
52
|
5
|
25
|
50
|
7
|
6
|
53
|
4
|
26
|
47
|
10
|
7
|
56
|
1
|
27
|
51
|
6
|
8
|
52
|
5
|
28
|
55
|
2
|
9
|
51
|
6
|
29
|
51
|
6
|
10
|
56
|
1
|
30
|
52
|
5
|
11
|
53
|
4
|
31
|
51
|
6
|
12
|
56
|
1
|
32
|
47
|
10
|
13
|
56
|
1
|
33
|
50
|
7
|
14
|
54
|
3
|
34
|
45
|
12
|
15
|
48
|
9
|
35
|
51
|
6
|
16
|
51
|
6
|
36
|
53
|
4
|
17
|
49
|
8
|
37
|
51
|
6
|
18
|
46
|
11
|
38
|
51
|
6
|
19
|
50
|
7
|
39
|
56
|
1
|
20
|
49
|
8
|
40
|
57
|
0
|
Jumlah
|
2061
|
219
|
B. Hasil Penelitian
Dibawah ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai
tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 7 Kota
Jambi yang memberikan informasi dan contoh teladan, mengelola kegiatan yang
mendisiplinkan serta bertindak selaku penyebar kebijaksanaan .Adapun tabulasi
hasil penelitian dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.2 Tabulasi data
hasil penelitian
No Item
|
Jawaban
Responden
|
|
No Item
|
Jawaban
Responden
|
|||||
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
Ya
|
%
|
Tidak
|
%
|
||
1
|
47
|
82,46
|
10
|
17.54
|
21
|
49
|
85.96
|
8
|
14.04
|
2
|
55
|
96.49
|
2
|
3.51
|
22
|
48
|
84.21
|
9
|
15.79
|
3
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
23
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
4
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
24
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
5
|
52
|
91.23
|
5
|
8.77
|
25
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
6
|
53
|
92.98
|
4
|
7.02
|
26
|
47
|
82.46
|
10
|
17.54
|
7
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
27
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
8
|
52
|
91.23
|
5
|
8.77
|
28
|
55
|
96.49
|
2
|
3.51
|
9
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
29
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
10
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
30
|
52
|
91.23
|
5
|
8.77
|
11
|
53
|
92.98
|
4
|
7.02
|
31
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
12
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
32
|
47
|
82.46
|
10
|
17.54
|
13
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
33
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
14
|
54
|
94.74
|
3
|
5.26
|
34
|
45
|
78.95
|
12
|
21.05
|
15
|
48
|
84.21
|
9
|
15.79
|
35
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
16
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
36
|
53
|
92.98
|
4
|
7.02
|
17
|
49
|
85.96
|
8
|
14.04
|
37
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
18
|
46
|
80.70
|
11
|
19.30
|
38
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
19
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
39
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
20
|
49
|
85.96
|
8
|
17.54
|
40
|
57
|
100.00
|
0
|
0.00
|
Jumlah
|
2061
|
|
219
|
|
|||||
Rata
- Rata
|
|
90.60
|
|
5.48
|
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat dilihat bahwa
nilai jawaban responden tertinggi adalah 100.00 %, sedangkan nilai
jawaban terendah adalah 78.95
%, jadi untuk mengetahui kualitas tindakan guru
pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dapat dihitung melalui Kontinum Interval Normative (KIN). Adapun
langkah membuat KIN adalah dengan menetapkan banyaknya kelas interval dan
menghitung panjang interval.
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui
tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dengan memberikan
informasi dan contoh teladan, mengelola kegiatan yang mendisiplinkan serta
bertindak selaku penyebar kebijaksaanan, berdasarkan tabel penentuan kelas
interval berada pada kualitas “Sangat Baik”.
Untuk melihat tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa untuk masing-masing indikator dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Tindakan
guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator memberikan
informasi dan contoh teladan.
Hasil
penelitian data tentang tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa pada
indikator memberikan informasi dan contoh teladan di SMP Negeri 07 Kota Jambi
yang meliputi Pemberitahuan yang berkaitan dengan disiplin di sekolah dan
pemberitahuan melalui kegiatan yang berkenaan dengan kedisiplinan dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel
4.3 Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indicator
memberikan informasi dan contoh teladan.
No
Item
|
Pertanyaan
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
Tidak
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
N
|
%
|
||
1
|
Pemberian informasi tentang tata
tertib mengenai jam masuk dan pulang sekolah
|
47
|
82,46
|
10
|
17.54
|
57
|
100
|
2
|
Mengingatkan untuk datang tepat
waktu kesekolah
|
55
|
96.49
|
2
|
3.51
|
57
|
100
|
3
|
Pemberian informasi tentang larangan
pemakaian rok dan celana yang ketat
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
4
|
Guru pembimbing mengarahkan saya
untuk datang kesekolah 10 menit sebelum masuk jam sekolah
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
5
|
Pemberian informasi mengenai
pentingnya pembuatan rencana belajar
|
52
|
91.23
|
5
|
8.77
|
57
|
100
|
6
|
Saya membuat rencana belajar setelah
mendapatkan informasi dari guru pembimbing
|
53
|
92.98
|
4
|
7.02
|
57
|
100
|
7
|
Melakukan pemeriksaaan seragam
sekolah agar terlihat rapi
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
8
|
Mengajak siswa – siswi untuk selalu
membuang sampah pada tempatnya
|
52
|
91.23
|
5
|
8.77
|
57
|
100
|
9
|
Pemberian informasi mengenai
kewajiban siswa mengikuti UPB pada hari senin
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
10
|
Pakaian seragam sekolah saya bersih
tanpa coretan setelah guru pembimbing menginformasikan tentang kerapian dalam
berpakaian
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
11
|
Pemberian informasi tentang
pentingnya mempersiapkan peralatan belajar sebelum pelajaran dimulai
|
53
|
92.98
|
4
|
7.02
|
57
|
100
|
12
|
Setelah guru pembimbingv
menginformasikan pentingnya persiapan sebelum belajar, saya mengeluarkan
peralatan belajar sebelum pelajaran dimulai
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
13
|
Pemberian informasi pentingnya
kegiatan belajar dengan sungguh sungguh agar mendapatkan hasil yang maksimal
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
Rata
– rata
|
699
|
95.32
|
42
|
5.67
|
741
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi dalam memberikan informasi dan
contoh teladan di SMP Negri 07 Kota Jambi yang meliputi Pemberitahuan yang
berkaitan dengan disiplin di sekolah dan pemberitahuan melalui kegiatan yang
berkenaan dengan kedisiplinan sekolah berada pada (95.32%) “Sangat Baik” .
2.
Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa pada indikator
mengelola kegiatan yang mendisiplinkan.
Hasil pengolahan
data penelitian tentang tindakan guru pembimbing dalam membina kedsiplina siswa
melalui pengelolaan kegitan yang meliputi Kedisiplinan secara berkelanjutan dan
kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat.dapat dilihat pada tabel dibawah ini
:
Table 4.4 Tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa pada indikator mengelola kegiatan yang mendisiplinkan.
No
Item
|
Pertanyaan
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
Tidak
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
N
|
%
|
||
1
|
Saya
memeperhatikan saat guru menerangkan mata pelajaran dengan sungguh sungguh
setelah guru pembimbing menginformasikan pentingnya disiplin dalam belajar
|
54
|
94.74
|
3
|
5.26
|
57
|
100
|
2
|
Setelah
mendapatkan informasi dari guru pembimbing saya mengikuti pelajaran dari awal
sampai akhir jam pelajaran dengan serius
|
48
|
84.21
|
9
|
15.79
|
57
|
100
|
3
|
Setelah
mendapatkan informasi dari guru pembimbing tentang disiplin dalam kegiatan
belajar saya jadi patuh pada rambu rambu yang diberikan oleh guru dalam
belajar
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
4
|
Saya mengikuti
kegiatan belajar dengan semnagat dan partisipatif setelah mendapatkan
penjelasan dari guru pembimbing tentang disiplin belajar disekolah
|
49
|
85.96
|
8
|
14.04
|
57
|
100
|
5
|
Mengingatkan
untuk tetap melakukan disiplin disekolah setiap waktu
|
46
|
80.70
|
11
|
19.30
|
57
|
100
|
6
|
Saya tidak akan
melanggar disiplin setelah guru pembimbing menginformasikan tentang
pentingnya disiplin disekolah
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
57
|
100
|
7
|
Menjelaskan
tentang sanksi yang diberikan apabila siswa melanggar aturan sekolah
|
49
|
85.96
|
8
|
17.54
|
57
|
100
|
8
|
Menginformasikan
mengenai kerugian yang dialami apabila bolos sekolah sehingga membuat saya
jtakut untuk bolos sekolah
|
49
|
85.96
|
8
|
14.04
|
57
|
100
|
9
|
Menginformasikan
mengenai larangan bagi siswa merokok dilingkungan sekolah membuat saya
menghindari perilaku merokok
|
48
|
84.21
|
9
|
15.79
|
57
|
100
|
10
|
Menjelaskan
pentingnya mengerjakan tugas sekolah tepat waktu
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
57
|
100
|
11
|
Informasi yang
saya peroleh dapat menjadi pedoman untuk selalu menjaga kedisiplinan dengan
baik
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
57
|
100
|
12
|
Pemberian
sanksi saat ketahuan tidak mengerjakan tugas lalu mengingatkan agar saya
tidak mengulanginya lagi
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
57
|
100
|
Rata – rata
|
594
|
86.84
|
90
|
13.45
|
684
|
100
|
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tindakan
guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi
melalui pengelolaan kegiatan yang meliputi Kedisiplinan secara berkelanjutan dan
kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat berada pada (86.84%) “ Sangat Baik”
.
3. Tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siwa pada indicator Bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
Hasil
pengolahan data penelitian tentang tindakan guru pembimbung dalam membina kedisiplinan
siwa dalam Memecahkan kasus indisiplin di sekolah dan Bimbingan yang memberikan kenyamanan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Table 4.5 Tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siwa pada indicator Bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
No
Item
|
Pertanyaan
|
Jawaban
Responden
|
Jumlah
|
||||
Ya
|
Tidak
|
||||||
F
|
%
|
F
|
%
|
N
|
%
|
||
1
|
Memecahkan
masalah pada siswa yang terlambat datang kesekolah
|
47
|
82.46
|
10
|
17.54
|
57
|
100
|
2
|
Pemberian
sanksi pada siswa yang melanggar aturan sekolah
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
3
|
Memeriksa
setiap hari seragam siswa yang tidak rapi
|
55
|
96.49
|
2
|
3.51
|
57
|
100
|
4
|
Mengingatkan
siswa untuk selalu menerapakan disiplin disekolah
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
5
|
Memberikan
bimbingan kepda siswa yang bermasalah terhadap kedisiplinan disekolah
|
52
|
91.23
|
5
|
8.77
|
57
|
100
|
6
|
Mengajak masuk
siswa yang berkeliaran diluar kelas saat jam pelajran sedang berlangsung
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
7
|
Saya menjadi
disiplindisekolah setelah guru pembimbing melakukan tindakan disiplin yang
dapat membantu siswa untuk tidak melanggar aturan sekolah
|
47
|
82.46
|
10
|
17.54
|
57
|
100
|
8
|
Memberikan
pengarahan dan bimbingan yang membuat saya sadara bahwa kedisiplinan itu
sangat penting
|
50
|
87.72
|
7
|
12.28
|
57
|
100
|
9
|
Guru pembimbing
dapat menjadi teman disaat saya mempunyai masalah
|
45
|
78.95
|
12
|
21.05
|
57
|
100
|
10
|
Saya menjadi
lebih mengetahui mengenai kedisiplinan setelah mendapat bimbingan dari guru
pembimbing
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
11
|
Selalu
mengingatkan untuk melakukan kedisiplinan disekolah sesuai aturan
|
53
|
92.98
|
4
|
7.02
|
57
|
100
|
12
|
Saya akan
selalu disiplin disekolah setelah guru pembimbing mengingatkan saya untuk selalu
disiplin
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
13
|
Mengingatkan
siswa dengan cara yang sopan dan santun
|
51
|
89.47
|
6
|
10.53
|
57
|
100
|
14
|
Pemberian
sanksi kepada siswa yang melanggar dengan hukuman yang ringan dan selalu
memberi peringatan untuk tidak mengulanginya lagi
|
56
|
98.25
|
1
|
1.75
|
57
|
100
|
15
|
Saya semaikn
rajin dan selalu menerapkan disiplin disekolah setelah mendapatkan informasi
dan bimbingan dari guru pembimbing
|
57
|
100.00
|
0
|
0.00
|
57
|
100
|
Rata – rata
|
768
|
89.82
|
87
|
10.18
|
855
|
100
|
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa dalam Memecahkan kasus indisiplin di sekolah dan Bimbingan
yang memberikan kenyamanan berada pada (89.82%) “ Sangat Baik ”
Dari
hasil uraian perindikator diatas, berikut ini dapat disimpulkan hasil
penelitian tentang tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di
SMP Negeri 07 Kota Jambi dapat disajikan pada tabel berikut ini :
Table 4.6 Rekapitulasi hasil pengolahan data
penelitian
No
|
INDIKATOR
|
(%)
|
KUALITAS
|
1
|
Memberikan
informasi dan contoh teladan.
|
95.32
|
Sangat
Baik
|
2
|
Mengelola
kegiatan yang mendisiplinkan
|
86.84
|
Sangat
Baik
|
3
|
Bertindak
selaku penyebar kebijaksanaan
|
89.82
|
Sangat
Baik
|
|
Rata – Rata
|
90.66
|
Sangat
Baik
|
Berdasarkan
hasil rangkuman perindikator sebgaimana tabel diatas, tindakan guru pembimbing
dalam membina kedsiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi berada pada
kualitas “SANGAT BAIK” (90.66 %) . Hasil temuan ini membuktikan bahwa apa yang
telah dilakukan guru pembimbing dalam meningkatkan disiplin dengan tindakan
yang baik dan sesuai menunjukkan hasil yang baik pula.
C. Pembahasan
Adapun
pembahasan hasil penelitian mengenai tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi secara keseluruhan dapat dilihat
dari tiga indicator yang sudah dinalisis dan diuraikan pada hasil penelitian
diatas.
1.
Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan
siswa pada indicator memberikan informasi dan contoh teladan.
Berdasarkan
analisis hasil data penelitian diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam
membina kedsisplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi pada indicator memberikan
informasi dan contoh teladan yang meliputi Pemberitahuan yang berkaitan dengan
disiplin di sekolah dan pemberitahuan melalui kegiatan yang berkenaan dengan
kedisiplinan berada pada kualitas “Sangat Baik”..
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya tindakan guru pembimbing dalam
membina kedisiplinan siswa di sekolah dapat membantu siswa dalam perubahan
perilaku kearah yang lebih baik, siswa menjadi lebih disiplin dan patuh
terhadap aturan-aturan yang ada di sekolah,
Menurut Prayitno (2004:91) peran guru pembimbing
juga sangat penting dalam mensosialisasikan peraturan-peraturan yang berlaku
disekolah, dengan adanya sosialisasi dari guru pembimbing siswa mampu memahami
aturan yang berlaku baik berupa larangan siswa maupun kewajiban siswa selama
berada di lingkungan sekolah. Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
bisa berkembang secara optimal.
Menurut Abdul Hadis (2010:84) disiplin merupakan hal
yang sangat mendasar sekali yang harus dimilki setiap siswa. Karena disipkin
menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap. Dengan adanya perilaku dan informasi
yang mendukung kehidupan bersiplin, peserta didik akan dapat mengontrol diri
untuk berperilaku baik dan selalu taat pada norma-norma ditengah-tengah
masyarakat yang pada akhirnya akan mengantar siswa sukses dalam belajar.
Di SMP Negeri 07 Kota Jambi tindakan guru pembimbing
dalam mensosialisasikan kegiatan
disiplin sekolah sudah sangat baik, dimana keseluruhan siswa mampu
melakukan kegiatan disiplin yang berlaku di sekolah.
2.
Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan
siswa pada indicator mengelola kegiatan yang mendisiplinkan.
Berdasarkan
hasil analisis penelitian ini diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam
membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi melalui pengelolaan
kegiatan yang mendisiplinkan meliputi kegiatan disiplin secara berkelanjutan
dan kegiatan bimbingan yang sesuai dan bermanfaat berada pada kualitas “ Sangat
Baik”
Hasil
ini membuktikan bahwa dengan adanya tindakan yang telah dilakukan oleh guru pembimbing
dalam membina kedsiplinan siswa telah
terlaksana dengan baik. Bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan
dari,untuk dan oleh manusia yang memiliki.pengertian khas. Dengan adanya
tindakan guru pembimbing ini siswa akan melakukan aktivitas di sekolah dengan
disiplin sesuai apa yang telah diatur dalam suatu aturan (norma).
Menurut
Djamarah (2008) orang-orang yang berhasil mencapai kesuksesan dalam hidupnya
adalah orang-orang yang hidup teratur dan berdisiplin memanfaatkan waktunya.
Bimbingan
dan konseling merupakan suatu pelayanan dari, untuk dan oleh manusia yang
memiliki pengertian khas. Dengan adanya tindakan tegas yang dilakukan oleh guru
pembimbing siswa diharapkan akan melakukan aktifitas disiplin sesuai dengan apa
yang telah ditentukan atau telah diatur dalam suatu aturan (norma).
Menurut
Slameto (2010) yang perlu dimiliki agar dapat disiplin secara baik adalah kesadaran
atas tanggung jawab pribadi dan keyakinan bahwa displin adalah untuk
kepentingan sendiri, dilakukan sendiri dan tidak menggantungkan nasib pada
orang lain.
3.
Tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan
siswa pada indicator bertindak selaku penyebar kebijaksanaan.
Berdasarkan
hasil penelitian diatas diketahui bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa dengan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan yang meliputi
memecahkan kasus indisiplin di sekolah dan bimbingan yang memberikan kenyamanan
berada pada kualitas “ Sangat Baik ”.
Arikunto
(1993:114) mengatakan bahwa pelaksanaan tata tertib sekolah akan berjalan
dengan baik jika guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap
tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan
mengakibatkan tidak berartinya tata tertib yang diterapkan di sekolah, guru dan
siswa mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik
sehingga kegiatan disiplin di sekolah dapat berjalan dengan lancar.
Di
SMP Negeri 7 Kota Jambi tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan
siswa di sekolah sudah sangat baik, dimana hampir keseluruhan siswa mampu
menerima tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan
hasil analisis data dalam penelitian ini, maka secara umum dapat ditarik
kesimpulan bahwa tindakan guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di
SMP Negeri 07 Kota Jambi berada pada kualitas “Sangat Baik” (90.66 %). Dan
secara khusus hasil analisis tindakan guru pembimbing dalam membina
kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi adalah sebagai berikut :
·
Tindakan
guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi
dalam memberikan informasi dan contoh teladan brada pada kualitas “Sangat Baik”
(95.32%). Hal ini menunjukkan bahwa melalui pemberitahuan yang diberikan oleh
guru pembimbingtentang disiplin siswa mampu mentaati aturan yang berlaku
disekolah.
·
Tindakan
guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi
dalam mengelola kegiatan yang mendisipinkan berada pada kualitas “ Sangat Baik”
(86.84 %). Hal ini menunjukkan tindakan yang dilakukan oleh guru pembimbing
dalam membina kedisiplinan siswa membawa perubahan yang baik terhadap siswa menjadi
mampu dalam mengatur rencana belajar dan taat dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
·
Tindakan
guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa di SMP Negeri 07 Kota Jambi
dengan bertindak selaku penyebar kebijaksanaan berada pada kualitas “Sangat
Baik” (89.82 %). Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya tindakan yang
dilakukan oleh guru pembimbing dalam membina kedisiplinan siswa dapat merasa
nyaman dan melakukan disiplin dengan sesuai serta bermanfaat.
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis
memberikan saran-saran kepada pihak-pihak tertentu sebagai berikut :
1. Bagi sekolah
Diharapkan hasil
penelitian ini merupakan gambaran tentang tindakan guru pembimbing dalam
membina disiplin di sekolah dan diharapkan adanya kerja sama antara guru
pembimbing dan guru bidang study dalam membentuk disiplin siswa dan hasil
penelitian ini menjadi tolak ukur dalam pengambilan kebijakan/keputusan
terhadap program sekolah terutama tentang disiplin.
2. Bagi guru pembimbing
Berdasarkan
hasil penelitian diharapkan kepada guru pembimbing untuk lebih meningkatkan
pemberian layanan bimbingan konseling yang berkaitan dengan disiplin, sehingga
dengan adanya layanan tersebut siswa menjadi lebih disiplin baik dalam mentaati
aturan sekolah maupun disiplin saat belajar disekolah maupun di rumah.
3. Bagi siswa
Hendaknya lebih
giat dalam mengikuti layanan atau kegiatan bimbingan yang diberikan oleh guru
pembimbing dan lebih meningkatkan disiplin yang ada dalam diri siswa baik
disiplin saat belajar di sekolah maupun disiplin saat belajar di rumah.
C. Implikasi
hasil penelitian terhadap bimbingan dan konseling
Dalam
kegiatan bimbingan konseling di sekolah tindakan yang dilakukan agar siswa
memliki disiplin yang positif berbagai layanan, kegiatan dan bimbingan dapat
dilakukan. Dengan mengacu pada kegiatan bimbingan ini diharapkan kedisiplinan
siswa akan semakin meningkat dan dapat mewujudkan tercapainya prestasi yang
diharapkan.
Kedisiplinan
siswa mempunya implikasi penting dalam bimbingan dan konseling. Dengan adanya
disiplin yang baik akan meningkatkan prestasi yang baik pula.
Bila
hasil penelitian ini diimplikasikan pada kegiatan bimbingan dan konseling maka
dalam proses konseling membantu siswa agar dapat berdisplin dengan baik
sehingga mencapai hasil yang optimal dan pada akhirnya dapat membantu siswa
mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan yang baik untuk menguasai pengetahuan
dan keterampilan serta menyiapkan melanjutkan pendidikan pada tingkat yang
tinggi.yes
No comments:
Post a Comment